Sekembalinya Renjun dan sang pangeran dari berburu, Renjun sama sekali tak bicara. Pandangannya terlihat tak fokus dan seringkali melamun. Namun Jaemin membiarkannya dan lebih memilih bekerja di dapur mengolah ketiga unggas yang di dapatkannya untuk di jadikan sebagai makan siang di bantu oleh Minhyung yang baru saja datang dari desa.
" Kenapa Yang Mulia yang memasak? Apakah Renjunie kembali kambuh?" Tanya Minhyung sembari membersihkan bulu ayam hutan.
Jaemin menggeleng membuat Minhyung mengernyit.
" Lalu?"
" Aku akan membawanya kembali ke orangtuanya hyung."
Minhyung menoleh cepat. " Mwo?!" Kejutnya.
" Ya. Aku akan membawa Renjunie kembali ke orangtuanya." Jaemin menipiskan bibirnya, berusaha tersenyum.
Minhyung yang sudah melepaskan ayam hutan itu dari tangannya kini sepenuhnya menghadap Jaemin yang sedang berusaha menghidupkan api.
" Bagaimana mungkin Yang Mulia menyerah begitu saja?? Bukankah kemarin kalian terlihat lebih baik?? Renjun bahkan tak melepas Yang Mulia hanya sekedar untuk berlatih pedang?"
Api berhasil membakar kayu dan Jaemin melirik Minhyung sekilas sebelum berdiri untuk mengangkat sebuah periuk tanah untuk di taruhnya di atas tungku kayu.
" Aku pernah berjanji di dalam hatiku jika Renjun masih tak menerima perasaanku dalam waktu satu tahun, aku tidak akan menahannya lagi untuk terus bersamaku hyung. Dan ini sudah melewati waktu yang ku janjikan. Aku baru berani melakukannya sekarang." Ujarnya sembari melempar beberapa bumbu ke dalam periuk tanah yang terjerang.
" Apakah Yang Mulia sudah mencoba kembali memastikan perasaan Renjun?" Tanya Minhyung.
" Aku berencana menanyakannya kembali nanti malam sebelum besok aku mengantarkannya kembali kepada keluarganya." Ujar Jaemin mantap.
" Hyung. Cepatlah." Lanjut Jaemin saat Minhyung tak kunjung menyelesaikan pekerjaannya. Minhyung gelagapan dan buru-buru mengambil kembali ayam hutan itu dan membersihkannya.
" Aku berharap yang terbaik untuk Yang Mulia Pangeran. Entah kenapa, aku merasa tidak rela jika Yang Mulia sudah berkorban seperti ini tapi Yang Mulia tak mendapatkan kebahagiaan seperti yang Yang Mulia inginkan."
*
*
*Setelah mengantarkan kepergian Minhyung yang akan kembali ke rumahnya di desa, Jaemin melangkah memasuki ruangan yang ia dan Renjun tempati. Omong-omong pemuda itu hanya berdiam diri seharian di ruangan kamar itu dan Jaemin yang selalu mengantarkan segala kebutuhannya kesana seperti makanan dan obat. Pemuda itu hanya berbaring di kasurnya sembari melamun.
Jaemin terdiam sesaat di ambang pintu saat melihat dua kasur tergelar berdampingan dengan Renjun yang tidur membelakanginya. Sang pangeran tersenyum, melangkah ke sudut ruangan untuk membuka hanboknya menyisakan baji dan jaeguri yang di kenakannya sebelum kembali melangkah ke tengah ruangan, tempat dimana kasur itu di gelar.
" Renjunie?" Panggilnya. Tapi Renjun tak menyahut membuat Jaemin berfikir jika si pemuda yang amat di cintainya itu mungkin sudah tertidur.
Namun saat ia merebahkan tubuhnya di samping Renjun, pemuda itu berbalik ke arahnya membuat Jaemin sedikit berjengit.
" Kamu belum tidur?" Tanya Jaemin saat melihat Renjun menatapnya dengan tatapan bimbang. Renjunnya menggeleng.
" Kenapa?" Tanya Jaemin sembari mengelus pipi si pemuda yang di anggapnya sangat cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince | Jaemren ✔
Historical FictionWelcome to: 20th My Jaemren Fanfic " Crown Prince " Ps. Foto cover nyolong di pint.. Start : Sabtu 3 Juli 2021 Finish : Senin 23 Januari 2023