14

4.4K 639 17
                                    




" Kamu benar-benar melempar beruang itu dengan batu?!" Kejut Pangeran Jaemin menyela cerita Renjun. Dan sebagai tanggapan pemuda Huang itu mengangguk.




" Aku sedang kesal, Tuan Muda. Jadi ku fikir, melempar beruang dengan batu akan sedikit melegakan hati--"




" Tapi nyatanya kamu malah menggali kuburanmu sendiri, Injun-ah." Potong pangeran Jaemin lagi. Bisa-bisanya ada yang berfikir jika mengganggu beruang hutan akan mampu melegakan hatinya yang tengah di landa rasa marah. Sepertinya memang cuma pemuda mungil itu saja yang berfikiran demikian.



" Ku fikir aku akan bisa langsung bersembunyi setelah melemparinya, Tuan Muda. Tapi nyatanya dia melihatku dengan sangat cepat." Gerutu Renjun. Pangeran Jaemin hanya bisa menatap si pemuda mungil ajaib itu takjub sampai akhirnya menggelengkan kepala tak habis fikir.




" Kamu terdengar berpengalaman? Kamu sering melempar beruang hutan dengan batu?"



Renjun menggaruk kepala yang tak gatal sembari tersenyum lebar. Tetapi sesaat kemudian senyuman itu surut.



" E-eh. Tapi kenapa Doryongnim bisa berada disini??" Tanya Renjun setelah teringat akan sesuatu.




" Ingin mengunjungimu." Jawab sang pangeran cepat tanpa berfikir.




Renjun mendengus. Setelah berbulan-bulan tidak bertemu tak mengurangi keanehan dari bangsawan muda yang kini berada tepat di hadapannya itu.



" Tuan muda membawa barang menarik apa saat ingin mengunjungiku??"



Pangeran Jaemin lantas mengernyit.



" Memangnya harus membawa sesuatu dulu?" Tanyanya tak mengerti.




Renjun mengangguk.




" Emas misalnya. Berteman dengan seorang bangsawan haruslah ku manfaatkan semaksimal mungkin."



Pangeran Jaemin tak dapat menahan senyumannya saat melihat ekspresi jahil dari si pemuda Huang. Dengan gerakan cepat kini tangannya sudah mengusak gemas surai Renjun tanpa si pemilik kepala bisa mengelak.



Tapi Pangeran Jaemin buru-buru menarik kembali tangannya saat melihat ekspresi terkejut Renjun.



" Ah maaf. Karna kamu terlalu menggemaskan, aku--"




Renjun yang sudah tersadar dari kejutnya itu buru-buru menggeleng.




" A-ani. Tidak masalah. Aku hanya sedikit terkejut karna melihat Tuan Muda tersenyum sangat lebar seperti tadi."




Pangeran Jaemin kembali tersenyum.




" Ada ada saja-- Oh ya. Bagaimana dengan beruang ini?" Tanya Pangeran Jaemin sembari menunjuk bangkai beruang. Renjun ikut menoleh.




" Aku akan membawanya. Kulitnya mungkin akan sangat berguna. Dagingnya juga bisa di makan." Jawab Renjun. Pangeran Jaemin mengangguk.



" Aku akan membantumu membawanya." Ujar Pangeran Jaemin.




" Sudah seharusnya begitu kan?"



Pangeran Jaemin mencoba tak menghiraukan senyuman jahil si pemuda mungil dan lebih memilih bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati bangkai beruang itu.





"Ya ya! Anda bilang ingin membantu. Tapi kenapa membawanya sendiri?!" Renjun segera berdiri saat Pangeran Jaemin memanggul beruang itu di pundaknya.




" Begini lebih baik. Kajja." Ujarnya lalu melewati Renjun yang masih terheran-heran menatapnya.




" Ya! Anda yakin anda sanggup, Tuan Muda?" Renjun kini mengejarnya.




" Tentu saja. Kamu bisa melihatnya sendiri Injun-ah."




" Baiklah jika Tuan Muda memaksa."



*
*
*



" Ya? Bagaimana bisa Tuan Muda itu datang lagi?" Tanya Junkyu sembari menghadang langkah Renjun yang tengah membawa rempah untuk sup daging beruangnya.



" Dia datang sendiri." Jawab Renjun tak acuh sembari hendak melanjutkan langkahnya. Tapi ternyata si pemuda Kim tak membiarkannya lolos begitu saja.



" Apalagi Kim Junkyu? Kau bau! Segeralah mandi!" Desis Renjun dengan mata melotot.


Junkyu balik melotot lalu dengan heboh mencium bau tubuhnya. Tak lama setelahnya pemuda itu langsung tersenyum lebar.


" Hehe. Aku hanya penasaran. Bisakah kamu meminta pakaian yang dia kenakan itu untuk di berikan kepadaku? Hanbok yang dia berikan kepadamu itu, orang-orang bilang harganya sangat mahal." Bisik Junkyu agar Pangeran Jaemin yang berada tak jauh dari mereka berbincang-bincang itu tak mendengar permintaan penuh harapnya.



Renjun memutar bola matanya malas.



" Kalau kau meminta pakaiannya, saat dia pulang nanti dia akan mengenakan apa?"



" Aku dengan senang hati menukar semua pakaianku dengan pakaiannya itu." Jawab Junkyu penuh semangat.


Mendengar jawaban polos itu membuat Renjun ingin sekali memukul kepala sang teman seperpopokan, tapi ia sadar jika tangannya penuh dengan kendi rempah.



" Lebih baik kau berbicara dengan pantatku." Decih Renjun sembari menonggengkan pantatnya yang reflek di balas Junkyu yang syarat dengan bibir manyunnya.




" Dasar pelit!"



Tbc..

Crown Prince | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang