TWENTY FIVE

3.8K 188 43
                                    

"Za, tadi dia itu siapa lo?" tanya N saat mobil baru meninggal pelataran hotel.

"Temen."

"Gue baru tau lo punya temen selain gue," ucap N sambil tertawa tapi tidak dengan Kenza.

Lelaki itu kembali ke mode datar nya, melupakan beberapa menit yang lalu yang sangat manja kepada N.

"Oh ya, Papa lo tadi kenapa di ruang kepsek?" tanya N karena baru menyadari
jika ada Om Dipta tadi selain Kenza dan kepsek nya.

Kenza memandang N sebentar lalu kembali menghadap jalan raya di depannya yang terbilang cukup lenggang.

"Nanti gue ceritain."

N menghela nafas kesal, ia semakin kepo alasan Om Dipta berada di sekolahnya tadi sampai memanggil nya dan Radiksi, entah ada masalah apa hingga melibatkan nya dan cowok itu yang jelas tidak mempunyai masalah apapun.

N melepaskan sepatunya saat akan masuk ke dalam apartemen dan langsung masuk ke dalam kamarnya dan melupakan jika ia ingin menagih janji kepada Kenza untuk menjelaskan sesuatu yang ia tanyakan waktu di mobil tadi.

N segera melepaskan rok sekolah nya dan melemparkannya ke atas ranjang hingga ia melupakan jika ia belum menutup pintu karena tidak tahan dengan tubuhnya yang lengket sampai Kenza yang ingin masuk kedalam kamarnya sendiri tidak jadi karena memandangi N.

N merasa ada yang memandanginya hingga ia menoleh ke arah Kenza yang berada di luar kamarnya. N diam terkejut sambil berpandangan dengan Kenza. Tapi tidak lama kemudian ia sadar dan langsung masuk ke dalam kamar mandi, walaupun ia memakai celana pendek hitam. Tapi ia tetap malu karena celana yang ia pakai sebagai dalaman rok itu terlampau pendek hingga jika ia menungging pantatnya sudah kelihatan, apalagi celana itu sangat ketat, sangking ketatnya sampai lekuk tubuhnya kelihatan hingga bagian miss V nya berbentuk segitiga dengan garis ditengah nya.

N berdoa semoga Kenza tidak melihat 'itu', walaupun itu mustahil karena Kenza tadi terfokus kepada 'itu' nya.

Sedangkan di luar setelah N menghilang, Kenza tetap diposisi yang sama sambil menelan air liurnya sendiri. Kenza menggelengkan kepala melihat kelakuan N yang satu itu. Lalu menutup pintu N agar tidak ada yang melihat nya walaupun itu sangat tidak mungkin karena mereka hanya tinggal berdua.

'Untung gue yang lihat, gimana kalo orang lain, dasar,' batin Kenza sambil berjalan memasuki kamar nya sendiri.

******

Sekitar pukul delapan malam N baru ingat jika ia harus meminta penjelasan kepada Kenza. Sejak kejadian tadi N hanya berada di dalam kamarnya karena tidak cukup tebal muka untuk menampakkan wajah dihadapan cowok itu. Entah lupa atau karena saking penasarannya, N langsung keluar dan mencari Kenza di kamar cowok itu. Dan ya, cowok itu sedang merokok di balkon kamar dengan bertelanjang dada.

N berjalan sangat pelan menuju ke arah kasur hingga Kenza tidak menyadari keberadaannya. N merebahkan tubuhnya disana sambil menunggu Kenza berhenti merokok. Tapi tak lama kemudian Kenza kembali masuk dan terkejut melihat N yang menatapnya.

Kenza mengangkat alisnya seolah bertanya 'kenapa?'. Tapi tak kunjung di jawab N, akhirnya ia memilih untuk ikut merebahkan tubuhnya di sebelah N.

"Lo utang penjelasan sama gue," ucap N sambil memiringkan tubuhnya menghadap Kenza.

Kenza sempat mengerutkan dahinya tapi tidak lama kemudian normal kembali.

"Gak ada apa - apa. Tadi Papa cuma mau ngelurusin masalah kita waktu itu."

N semakin bingung dengan penjepit Kenza.

"Masalah apa? Kenapa harus Papa lo yang ngelurusin?"

"Waktu lo diikutin terus sama cowok itu sampai ngancem - ngancem mau ngeluarin lo." (baca chapter six)

KeN [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang