SIX

8.2K 295 8
                                    

Tiga bulan sudah N sekolah di SMA Galaksi dan hubungannya dengan Kenza semakin dekat. Bahkan mereka digosipkan satu sekolah jika mereka berpacaran. Tapi dalam tiga bulan ini juga ‘Radiksi’, cowok itu tidak berhenti mengejar atau sekedar mengajak mengobrol N. Contohnya seperti istirahat saat ini. Sedari tadi Radiksi mengejar N walau N sedang bersama Kenza.

N berhenti berjalan dan membalikkan badan di ikuti Kenza menatap Radiksi yang sejak tadi membuntutinya.

“Lo bisa tutup mulut lo gak sih! Risih gue dengernya,” ucap N dengan nada lelah.

“Gak. Gak bisa,” ucap Radiksi dengan wajah songongnya, “Satu - satunya cewek yang nolak gue itu cuma lo. Itu malah buat gue berambisi untuk terus ngejar lo,” lanjutnya.

N berdecih dan melipat kedua tangannya didepan dada, “Emang lo nya aja yang gak punya harga diri. Jelas - jelas gue udah nolak lo berkali - kali tapi lo masih aja ngejar - ngejar gue.”

N membalikkan badan dang melangkah menjauhi Radiksi di ikuti oleh Kenza. Namun hanya beberapa langkah sampai suara Radiksi kembali terdengar.

“Setelah lo ngehina gue kayak gitu, gue pastiin lo dikeluarin dari sekolah ini,” ancan Radiksi.

N diam mebeku ditempatnya dengan posisi masih membelakangi Radiksi. Namun, Kenza tidak tinggal diam. Dia membalikkan badan dan berjalan pelan ke arah Radiksi. Setelah sampai di hadapan Radiksi, mata Kenza bersitatap denga mata Radiksi.

“Emang lo siapa ngeluarin orang gitu aja dari sekolahan ini?” tanya Kenza dengan raut dinginnya.

Radiksi tersenyum, “Lo belum tau gue siapa?” tanya Radiksi lalu mengulurkan tangannya ke arah Kenza, “Kenalin, gue Radiksi Michel Ardiwijaya anak dari kepala sekolah SMA Galaksi, Tomo Ardiwijaya.”

Tentu saja Kenza tidak menghiraukan tang Radiksi, “Lo yang di keluarin apa lo yang minta maaf,” ucap Kenza lalu pergi menggandeng tangan N menuju kelas dan meninggalkan Radiksi dengan tangan yang masih menggantung.

******

Radiksi masuk ke dalam ruang kepsek dan terlihat Tomo sedang menulis sesuatu di mejanya. Radiksi mendekat ke arah Tomo dan duduk di kursi depan meja Tomo.

“Pah,” panggil Radiksi dan di jawab dehaman oleh Tomo, “Radiksi mau Papah ngeluarin N sama Kenza dari kelas XI IPA 4 hari ini juga.”

Ucapan Radiksi membuat pergerakan tangan Tomo terhenti, “Papah gak bisa,” tolak Tomo tanpa melihat Radiksi dan melanjutkan kegitannya yang terhenti.

“Loh kenapa?” tanya Radiksi, “Biasanya juga bisa kenapa yang ini gak bisa,” Radiksi menjeda kalimatnya lalu melanjutkannya lagi, “Asal Papah tau ya. Radiksi tadi dihina sama N dan di ancam sama Kenza. Papah gak mungkin biaarin Radiksi malu kan?”

Tomo meletakkan polpennya dan menatap Radiksi, “Pilihannya hanya kamu dikeluarin atau kamu minta maaf ke N.”

Radiksi tidak terima denga pilihan yang diajukan oleh Tomo, “ Ya gak bisa gitu dong, Pah. Mereka yang salah bukan Radiksi.”

“Semuanya gak gini kalo kamu gak bikin masalah. Keputusannya ada di kamu, Papah gak bisa bantu,” ucap Tomo.

Radiksi memilih keluar dari ruangan itu dengan perasaan marah daripada berdebat dengan Papah nya. Sedangkan Tomo hanya menatap kepergian anaknya. Setelah Radiksi hilang di balik pintu, Tomo menghela nafas lalu melanjutkan pekerjaannya.

******

“Habis nelfon siapa?” tanya N kepada Kenza yang tadi berpamitan kepadanya untuk menelepon seseorang habis mengantarnya ke kelas setelah kejadian dengan Radiksi tadi.

KeN [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang