LM - Bagian 17

862 135 194
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kamu harus punya bukti sebelum menuduh, supaya tak termakan omongan sendiri."

-Last Mission-
________________________
_____________________________

Hari minggu. Banyak hal yang bisa dilakukan di hari seperti ini. Layaknya seluruh siswa Sma Garda Putih. Hari minggu adalah hari yang paling menyenangkan dari tujuh hari yang ada, karena di hari ini mereka bisa keluar dari kawasan sekolah.

Tidak ada belajar, tidak ada peraturan, dan tidak ada berpikir. Kalian bebas melakukan apapun yang kalian sukai. Menyenangkan bukan?

Tapi sayang seribu sayang. Kenikmatan hari minggu tak bisa dirasakan oleh Daniel kali ini. Karena apa? Karena mereka akan mengadakan rapat. Ah, bukan rapat! Dia, Nathan dan ... Vena akan membahas beberapa hal penting tentang kasus kematian di sekolah ini.

Sejujurnya ia ingin menolak, namun saat melihat tatapan datar Vena, entah mengapa nyalinya menciut. Tatapan itu seakan menusuknya perlahan-lahan. Menyeramkan!

Kini mereka bertiga tengah berada di markas yang kemarin ditunjukkan Nathan. Duduk mengelilingi sebuah meja persegi berwarna coklat pekat dengan keadaan hening.

Di hadapan mereka ada sebuah papan tulis putih yang masih bersih. Tak lama suara kursi bergesekan dengan lantai terdengar menyapa telinga. Tatapan mereka teralih pada Nathan yang sudah berdiri sambil memegang sebuah spidol.

Ya, yang mengajak mereka ke sini adalah Nathan. Laki-laki itu bilang ingin membahas sesuatu, tapi sampai sekarang masih tak ada pembicaraan.

Decakan kesal terlontar begitu saja. Oh, ayolah! Suasana menegangkan ini cukup mengganggu. Terlebih mood-nya sedang buruk karena keberadaan Vena.

"Mau ngomong apasih, Nath?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Daniel. Ia sudah kelewat kesal. Bisa-bisanya Nathan mengumpulkan mereka, tapi tak membicarakan apa-apa.

Laki-laki itu tampak menghela napas. "Oke ... tolong perhatiannya." Oke, keadaan ini sudah seperti rapat para petinggi negara saja.

Papap tulis yang berwarna putih bersih tersebut dibalik, dan menampakkan papan tulis yang dipenuhi coretan. Vena yang awalnya biasa saja langsung menyipitkan matanya.

Dapat dilihat banyak nama tertera di sana, dan setiap nama mendapat pengelompokannya sendiri. Kalau tidak salah ada tiga kelompok nama.

Kelompok A, meninggal.

Kelompok B, hilang tanpa jejak.

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang