LM - Bagian 26

741 124 72
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Cukup mengurus satu alien saja! Jangan ditambahi lagi dengan seekor kutu!" -Daniel.

---Last Mission---
_____________________________

Benda canggih itu masih setia menyala. Begitupun sang pemilik yang masih setia memandanginya. Jangan lupakan kacamata bulat yang bertengger manis di hidung mancungnya.

Mata hitamnya pun masih setia memandangi layar bercahaya itu sejak 3 jam yang lalu.

"Lo gak capek, Ven? Istirahat dulu." Suara Nathan mengintrupsi pergerakannya. Ia menoleh sekilas, lalu menggeleng.

"Udahlah, Nath. Alien gila gak butuh istirahat kali," celetuk Daniel. Laki-laki itu asik dengan sebuah buku. Bukan novel atau cerpen, tapi buku yang ditemui Vena beberapa minggu yang lalu. Ya, buku itu hanya buku kosong, namun Vena itu bilang berharga.

"Mulut lo, Dan!" Daniel menggedikkan bahunya tak acuh. Tangannya masih setia membolak-balikkan buku tersebut.

Nathan menghela napas. Ia membawa sepiring roti bakar, lalu memberikannya pada Vena. "Makan itu perlu. Bukan sekedar mengenyangkan tapi juga buat kesehatan."

Ucapan Nathan tak digubris sedikit pun. Tampaknya Vena sangat sibuk sekarang. Lebih baik ia pergi. Dengan segera Nathan beranjak.

"Nath!" Langkah kakinya terhenti ketika suara Vena mulai terdengar. Ia menolehkan kepalanya, dan menatap Vena yang juga menatapnya. "Gua nemuin sesuatu."

Penuturan Vena membuat Nathan langsung mendekat. "Lo nemuin apa?"

Nathan duduk di samping Vena dengan tatapan mengarah pada layar benda canggih itu. "Dari analisis gua, murid-murid yang hilang ini ... menghilang sehari setelah ulang tahunnya."

Kedua alis Nathan menyatu. "Contohnya, Tessa. Berulang tahun tanggal 6 bulan Februari, dan dari data yang lo kasih, dia meninggalkan tanggal 7 bulan Februari." Kepala Nathan menganguk singkat.

"Kedua, ada Teodaru. Berulang tahun tanggal 19 bulan April dan meninggal tangga 20 bulan April. Begitupun yang lainnya." Dahi Nathan semakin mengkerut. "Ivana? Winda?"

Vena mengangguk. "Untuk Ivana juga sama, tapi Winda ... enggak. Mayatnya kan ketemu." Nathan tersenyum canggung. Oh, ayolah. Ia lupa itu.

"Jadi ... mereka meninggal setelah hari kebahagiaan mereka?" Vena mengangguk.

Dahi Nathan kembali mengkerut. Bola matanya memutar ke atas. Sepertinya ia mencoba mengingat sesuatu. "Hana ulang tahun dua hari yang lalu, tapi dia masih hidup."

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang