LM - Bagian 37

712 115 42
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Jangan permainkan yang namanya perasaan. Nanti kena karma."

---Last Mission---
____________________________________

Pagi ini Vena tengah duduk sendirian sambil menatap laki-laki kelasnya yang tengah bermain basket. Fokusnya jatuh pada satu orang. Dia ... Geri.

Tak lama seseorang datang dan duduk tepat di sampingnya. Ia melirik sekilas, lalu kembali fokus pada permainan anak laki-laki di depan sana.

"Geri! Ah, pangeranku! Kamu pasti bisa." Vena mendengkus kesal saat suara Fina mulai mengudara. Gadis itu tampak asik melompat-lompat tanpa memperdulikan Vena yang menatapnya penuh permusuhan.

"Aduh ... lihat keringatnya, Ven. Berasa pengen lap keringatnya. Terus sentuh rahangnya. Pasti rasanya ... errr." Tak lama permainan mereka seleai. Tanpa membuang kesempatan, Fina langsung pergi ke sana dan memberikan sebotol air dingin.

"Geri ... nih minum." Fina menyodorkan sebotol air dingin tersebut pada Geri. Laki-laki itu tersenyum, namun tangannya ragu untuk meraih botol minuman itu.

Tiba-tiba botol di tangan Fina berpindah ke tangan Vena. Tampak gadis itu menyimpan milik Fina, lalu mengeluarkan punyanya. Ia menyodorkan botol berisi air hangat tersebut pada Geri.

Laki-laki itu menerimanya dengam senang hati, lalu meneguknya hingga tersisa setengah. Fina yang melihatnya melotot tak percaya. Kenapa punyanya ditolak, sementara milik Vena diterima dengan senang hati?

Vena mengembalikan botol air dingin itu pada Fina. "Kalau mau ngasih Geri minum, jangan air dingin! Apalagi habis olahraga. Dia punya masalah sama organ pencernaan."

Ucapan Vena membuat Geri tertegun. Ia menatap Vena tak percaya. Setahunya, hanya Nabila dan kembarannya lah yang tahu kalau dia punya masalah dengan organ pencernaan.

Langkah kaki yang menjauh membuat lamunan Geri buyar. Tatapannya mengikuti tubuh Vena, hingga menghilang di anak tangga.

Ia menghela napas. Matanya terasa perih, dadanya pun sesak tak karuan. Ada apa ini? Kenapa setiap menatap Vena, dadanya terasa dihimpit oleh sesuatu yang menyakitkan sekaligus menyenangkan?

"Pangeran." Geri langsung menoleh dan seketika terkekeh. Gadis di depannya ini lucu juga. "Maaf soal minumannya."

Fina menggeleng sambil tersenyum. "Aku yang harusnya minta maaf. Untung dijegat Vena. Kalau enggak pangeranku bakal jatuh sakit."

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang