LM - Bagian 15

858 150 320
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Hatiku terasa hampa, bahkan saat keadaan ramai, aku merasa kesepian."

-Last Mission-
________________________
______________________________

"Kalian sudah kelas dua belas dan tentunya akan menghadapi banyak ujian. Jangan lupa membaca buku dan mempelajari ulang setiap materinya. Persiapkan dirimu agar jadi seorang pemenang. Oke semua?"

"Oke, Bu!!"

Guru yang tadi ada di depan kelas sudah pergi sambil menenteng tasnya. Seluruh kelas bersorak gembira, bahkan sampai melompat-lompat di atas kursi. Kekanak-kanakan!

Vena telah selesai membereskan peralatannya, lalu kembali duduk di kursinya. Ia tak berniat keluar kelas hari ini. Udara di luar memang tidak terlalu panas, tapi ia malas bergerak.

"Ven, gak keluar?" Itu Nabila. Vena menoleh lalu menggeleng. Ia kembali menatap lurus ke depan tanpa menghiraukan suara keras seluruh teman sekelasnya.

Tatapan Vena jatuh pada Geri yang berjalan ke arah mereka. Ah, tampaknya pada Nabila. "Bil, ngantin yok. Biar abang yang bayar!" Nabila tampak terkekeh, sementara Vena hanya menatap miris, lalu mengalihkan pandangannya ke depan.

"Nath, Dan! Ngantin kuy!" Dengan semangat keduanya mengangguk. Ketika keempatnya berkumpul, tatapan Geri jatuh pada Vena. "Ngantin yok, Ven!"

Vena menoleh, masih dengan raut tenangnya. "Gua males," ucapnya. Daniel yang ada di sana berdecak kesal sambil mencibir penolakan alien itu.

"Vena, ayo donk ikut. Masa cuma gua yang cewek." Kini tatapan Vena jatuh pada Nabila. Benar juga, tapi ia malas keluar. Tak disangka tangannya ditarik oleh Geri, hingga ia berdiri tegap. "Wajib ikut, Vena!"

Ia mengangguk singkat. Pasrah sajalah daripada dimarahi atau dipaksa terus-menerus.

•••••

Mereka berlima tengah duduk sambil menunggu pesanan sampai. Semuanya tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Ada Nabila dan Geri yang tengah bersenda gurau. Nathan yang memainkan ponsel dengan tatapan yang sesekali menatap Geri dan Nabila, kemudian Daniel yang memasang tampang permusuhan sambil sesekali melirik Vena.

Dan terakhir ada Vena yang duduk santai sambil menyilangkan tangan di depan dada, dan tubuh bersandar ke dinding. Tatapannya tak luput pada seluruh murid yang ada di kantin ini. Mulai dari yang baru masuk, hingga yang sudah berada lama di dalam sini.

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang