•
•
•"Nyatanya tiap orang punya rahasia."
---Last Mission---
_______________________________Langkah kakinya terdengar menggema di lorong tersebut. Suasana sekelilingnya juga begitu sepi, padahal sekarang adalah jam istirahat. Mungkin, semua murid tengah berdesak-desakan di kantin karena terlalu lapar.
"Vena!" Dari belakangnya terdengar suara yang memekik keras. Jangan tanya dia siapa. Tentunya manusia yang satu spesies dengan Sani. Fina si anak Ipa yang berisik dan menyebalkan.
"Vena yang cantik. Kalau orang manggil tuh nyaut." Gadis itu sudah berdiri di samping Vena. Memasang wajah kesal dengan tangan yang menyilang di depan dada.
"Emang lo orang?" Dengan santainya Vena menanyai kejelasan kaum yang dimiliki Fina.
"Gua iblis, Ven. Gua iblis!" Fina menjawab dengan sedikit kesal. Ia bahkan menekan setiap kata yang ia ucapkan tadi. "Oh."
"Astagfirullah! Sabar Fina sabar. Orang sabar disayang Geri!" Ia mengelus dadanya berkali-kali sambil melantunkan kata sabar. Memang ya, di dekat Vena bisa bikin darah tinggi. Untung dia tidak punya penyakit jantung.
Vena menoleh pada Fina yang masih sibuk mengelus dada. "Lo mau ke mana?" Akhirnya, pertanyaan itu meluncur dari mulut Vena.
"Ke kelas lo. Mau ngajak Geri sama cewek yang nempel sama dia tuh ke pasar malam hari minggu nanti." Vena membalasnya dengan angukan singkat.
"Lo tahu, Ven?" Percayalah, kala seseorang berkata seperti ini artinya ia akan siap membicarakan sesuatu yang tengah viral di antara banyak orang.
"Katanya Agnes hilang." Vena menolehkan kepalanya dengan alis yang menaut. "Ituloh, Ven. Agnes yang kemarin ngasih info ke kita."
Ah, ternyata dia. Vena menganggukkan kepalanya. Ternyata dugaannya benar. Tak mungkin para pembunuh itu akan membiarkan Agnes begitu saja, setelah membongkar sedikit informasi tentang mereka.
"Gua juga punya kabar yang menggemparkan, Ven!" Vena kembali menoleh. Kabar menggemparkan apa lagi yang dibawa gadis ini.
Fina tampak tersenyum lebar. "Ternyata ... Geri punya kembaran. Namanya kalau gak salah Lema? Lesi? Ah, namanya Leya, Catleya."
Deg!
Vena merasakan sesak yang teramat sakit di dadanya. Ia meremas kuat pakaian sekolahnya sambil merintih kesakitan.
"Ven ... lo ga-gak papa? Vena!"
Bukannya mengangguk atau pun menggeleng. Vena malah memukul dadanya sendiri sambil berteriak kesakitan. Bola matanya pun tampak berair.
"ARGHH!!" Vena berteriak semakin histeris. Tangannya masih setia memukuli dadanya yang terasa sesak, bahkan air mata sudah mengalir dikedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance: Last Mission (End)
Misterio / Suspenso(Ada part yang diacak, jadi harap diperhatikan!) Dia hanyalah murid baru di Sma Garda Putih, tapi kepindahannya bukan tanpa alasan. Lavender Bilvena, gadis yang kerap disapa Vena ini pindah karena sebuah keharusan. Ia harus menyelesaikan sebuah misi...