LM - Bagian 23

756 153 289
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kami terlambat menyadari, hingga sebuah nyawa berhasil pergi."

-Last Mission-
_____________________________

Langkah kakinya berhenti tepat di ambang pintu. Tatapannya jatuh pada sebuah gulungan kertas berpita merah yang terletak tak jauh dari kakinya.

Diraihnya gulungan kertas tersebut. Matanya menatap ke sekitar. Siapa tahu ada orang yang tak sengaja menjatuhkan benda ini. Ya, siapa tahu.

Tapi, nihil. Tak ada siapapun di sini, kecuali dirinya. Tanpa berpikir lagi, ia membuka gulungan kertas tersebut.

Ada tulisan di sana.

'Ketika benda bercahaya berada di tengah.
Disaat itulah, si penyimpan pengetahuan pergi selamanya.'

Tidak ada nama ataupun informasi siapa pemilik gulungan kertas ini. Ia melirik jam tangannya. Tak ada pilihan lagi. Ia menggulung kertas tersebut, lalu membawanya pergi.

•••••

Suasana pagi yang cukup menenangkan, namun tak bisa membuat Vena tenang.

Ia tak biasa seperti ini. Gulungan kertas yang tadi pagi ia dapat masih menjadi sebuah pertanyaan, sementara tadi ia melihat Geri berpelukan dengan seseorang.

Ia juga ingin ada di posisi itu. Dipeluk penuh kasih sayang oleh laki-laki itu. Ah, sudahlah lupakan.

Tak lama dua orang yang ia tunggu memunculkan diri. Siapa lagi kalau bukan Nathan dan Daniel.

Saat dua orang itu sudah duduk di tempat, Vena datang menghampiri. Ia meletak kertas berpita merah itu di atas meja, dan menatap raut bingung di wajah kedua laki-laki itu.

"Tadi gua nemu di depan pintu asrama." Nathan langsung mengangguk. Laki-laki itu mengambil benda yang diletak Vena tadi, lalu membaca isinya.

"Ketika benda bercahaya berada di tengah. Disaat itulah, si penyimpan pengetahuan pergi selamanya." Alis Nathan menaut saat sudah selesai membaca tulisan tersebut.

"Lo tahu siapa pengirimnya?" tanya Nathan. Vena jelas menggeleng. Gulungan itu ia temukan tak bertuan di depan pintu asramanya.

Kertas itu kembali diletak di atas meja. "Gua rasa ini emang ditujukan buat kita." Ya, Nathan ada benarnya. Tak mungkinkan kertas itu ada di depan pintu asrama Vena tanpa sebuah alasan pasti.

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang