LM - Bagian 7

990 160 282
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Terkadang kamu harus merelakan suatu hal demi hal lainnya. Karena untuk mencapai sebuah keberhasilan, kamu juga harus butuh pengorbanan."

-Last Mission-
________________________
______________________________

Sekolah kembali dibuka. Semuanya kembali seperti semula, seakan kejadian kemarin hanyalah hal biasa. Dan nyatanya, itu memanglah hal biasa.

Tak ada komentar atau penanganan lanjut. Semua orang seakan tak peduli dengan apa yang selama ini terjadi. Berdiri di antara orang-orang seperti ini membuatnya hampir gila. Tingkat kepedulian yang sungguh rendah!

Ya, tapi apalah daya? Semua sudah dirancang sedemikiam rupa agar menciptakan alur yang menarik.

Semuanya harus dituntaskan dan itulah tugas salah satu siswi Sma ini. Menyelesaikan segala perkara yang bahkan tak dipedulikan oleh pihak berwajib.

"Saya ingin anak saya pindah! Di sini ia terancam mati! Sekolah ini sudah gilaa!" Ucapan yang cukup berani ini terlontar dari mulut seorang wali murid.

"Intinya saya ingin anak saya keluar dari sekolah ini, daripada harus berjuang antara hidup dan mati!" Wanita parubaya itu kembali berujar. Tak ada rasa takut disetiap ucapannya.

Laki-laki yang duduk di hadapannya hanya bisa menghela napas. "Atas dasar apa anda melakukan semua ini?" tanyanya perlahan, mencoba bicara baik-baik dengan wali emosian seperti wanita ini.

Wanita itu tertawa sumbang. "Atas dasar apa? Lucu sekali." Tawanya semakin kencang, kemudian tatapannya menajam. "SEKOLAH INI SUDAH TIDAK BERES! ADA PEMBUNUH DI ANTARA MURID-MURIDNYA!" teriaknya cukup keras, dan bahkan terlampau keras.

"Ibu bisa tenang? Di sekolah ini tidak ada pembunuh! Hasil penyelidikan mengatakan semua kasus di sekolah ini adalah kasus bunuh diri." Laki-laki yang menjabat menjadi kepala sekolah itu mencoba memberi pengertian.

"Saya tidak peduli dengan hasil penyelidikan! Saya ingin anak saya keluar dari sekolah ini!" Wanita itu tetap keras kepala. Setidaknya ia berjuang demi kehidupan anaknya.

Sang kepala sekolah menggeleng. "Ibu sudah tahu 'kan dengan peraturan sekolah ini? Tidak ada murid yang boleh keluar atau pindah sebelum menamatkan pendidikannya selama tiga tahun di sini!" pertegas kepala sekolah tersebut.

Wanita parubaya itu terdiam dengan napas memburu. Ia jelas melupakan peraturan gila sekolah ini. Menyesal dirinya telah memasukkan sang anak bersekolah di sini.

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang