•
•
•"Jika sudah berniat, maka semua akan berjalan dengan lancar."
---Last Mission---
_________________________________"Jadi ...."
Tok ... tok ... tok.
"Silahkan masuk."
Fina yang sudah mendapat izin langsung membuka pintu dan masuk. Ia duduk tepat di hadapan sang kepala sekolah. Laki-laki yang sudah memimpin sekolah ini sejak 6 tahun yang lalu.
Di tangan Fina sudah ada setumpuk kertas. "Ini berkas yang bapak minta dari Bu Desy, Pak." Sang kepala sekolah mengangkat kepalanya, lalu menyuruh Fina meletakkannya tepat di atas meja.
"Makasih ya, Fina. Kamu memang murid kebanggan bapak," ucap Pak Sudtarto, kepala sekolah.
Fina mengangguk, namun wajahnya dibuat mengeryit bingung. "Ada apa dengan kamu Fina?"
Jari Fina terangkat menunjuk kepala Pak Sudtarto. "Ada rambut putih, Pak. Apa perlu saya ambilkan?"
Pak Sudtarto langsung panik. Kepala sekolah yang satu ini termasuk orang yang menjaga penampilan. Satu rambut putih saja harus dibasmi.
Dapat dilihat kepala sekolah itu mengambil kaca dari lacinya. Fina yang melihat itu langsung memekik. "Hehe." Ia menyengir kala laki-laki parubaya itu menatapnya heran.
"Gak usah diliat, Pak. Biar saya cabut aja langsung." Pak sudtarto mengangguk dengan senang hati.
Setelah mendapat izin, Fina mendekat lalu menarik kira-kira 3 helai rambut. Nyatanya tidak ada rambut putih. Itu hanyalah akal-akalannya saja. Cukup pintar bukan.
Helai rambut tersebut ia simpan dalam plastik klip mini yang ia bawa, lalu disimpan ke saku seragamnya.
Ia mengeluarkan sebuah jarum, lalu menusukkannya pada lengan kepala sekolah yang tertutup baju tersebut. "Astagfirullah! Apa tadi itu?" Fina langsung memundurkan langkahnya.
Ia menutup mulutnya kala seragam putih sang kepala sekolah berubah merah. Lebih tepatnya berpura-pura terkejut. "Pak ... itu berdarah."
Pak Sudtarto terkejut bukan main. Laki-laki itu menarik selembar tisu, dan berniat membersihkan darahnya. Namun pergerakannya terhenti kala Fina menahan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance: Last Mission (End)
Mystery / Thriller(Ada part yang diacak, jadi harap diperhatikan!) Dia hanyalah murid baru di Sma Garda Putih, tapi kepindahannya bukan tanpa alasan. Lavender Bilvena, gadis yang kerap disapa Vena ini pindah karena sebuah keharusan. Ia harus menyelesaikan sebuah misi...