•
•
•"Menyerah bukan pilihan, karena
disetiap jalan buntu pasti ada jalan keluar."-Last Mission-
Apa yang kamu lakukan di pagi hari yang dingin?
Tentu kamu masih berada di kamar. Menutup mata sambil bergelayut manja dengan bantal dan selimutmu.
Tapi, semua itu tidak berlaku pada Vena. Bukannya tidur atau bermanja dengan kasur. Ia malah tiduran di atas pohon dengan seragam sekolah yang sudah lengkap.
Jangan tanya apa yang ia lakukan! Di atas sana dia hanya berbaring dengan kepala yang bertumpu pada kedua tangan. Ia tidak takut jatuh, atau apapun itu. Karena yang ia cari adalah ketenangan dan kedamaian.
Jika ia masih berada di dalam kamar asrama, maka ia harus menyiapkan telinga untuk mendengar ocehan panjang teman sekamarnya. Sungguh telinganya tak sanggup mendengarkan suara cempreng itu berbicara.
Matanya perlahan memejam. Ia menikmati hembusan angin yang membelai lembut kulit putihnya. Suara burung yang berkicau merdu menambah nikmatnya pagi yang Vena rasakan di sekolah ini.
Tapi, ketenangan itu tak berlangsung lama. Sebuah suara yang memekik keras membuatnya terbangun dari alam mimpi.
Ia menoleh ke bawah. Di sana ada Nabila. Bola matanya hanya menatap malas, lalu kembali menutup lagi. Sial! Rencananya ia ingin menghindari suara Sani-teman sekamarnya-yang cemprengnya minta ampun, tapi ia malah mendengar suara keras milik Nabila.
Mereka tak bisa membuatnya tenang sehari saja!
"Vena! Di-di to-toilet." Nabila menjeda ucapannya. Wajahnya tampak sangat panik. Karena penasaran, Vena menoleh ke bawah dan menatap Nabila. "Ada apa sih?!"
"Di toilet ada mayat!" pekiknya nyaring. Vena sontak kaget. Ia melompat dari atas pohon tanpa memperdulikan kakinya yang tampak terluka. Ia bergerak cepat meninggalkan tasnya bersama Nabila di sana.
Perlahan langkahnya memelan. Ia sudah tiba di dekat toilet yang katanya ada mayat. Rasa mual tiba-tiba menguasai dirinya, bau amis pun sudah menyeruak kemana-mana.
Dengan langkah pasti, ia masuk lebih dalam. Menerobos lautan manusia yang menghalangi jalannya. Di sana ia melihat penampakan yang membuat siapapun bergidik ngeri dan ingin muntah.
Sungguh pemandangan yang mengerikan. Seorang siswi tergantung di langit-langit toilet dengan sebelah wajah yang sudah hancur. Darah pun terlihat berceceran di lantai dan di sekitar kaca toilet.
Vena menggertakkan giginya. Emosinya sudah di ubun-ubun. Ia telah gagal! Ia terlalu santai hingga lengah dengan keadaan. Dalang dari semua ini sudah satu langkah di depannya.
"Pembunuh sialan!!"
Ini dia prolognya.
Dari sekian banyak ide prolog yang ada, aku lebih milih yang ini. Semoga kalian suka!
Aku tantang kalian buat baca next chap!
Kalau kalian cuma berhenti di prolog. Fix! Kalian bukan orang setia:DJangan lupa vomentnya!
📍Makasih📍
-15 Juni 2021-
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance: Last Mission (End)
Gizem / Gerilim(Ada part yang diacak, jadi harap diperhatikan!) Dia hanyalah murid baru di Sma Garda Putih, tapi kepindahannya bukan tanpa alasan. Lavender Bilvena, gadis yang kerap disapa Vena ini pindah karena sebuah keharusan. Ia harus menyelesaikan sebuah misi...