LM - Bagian 46

683 122 27
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Perjuanganmu akan membuahkan hasil, jadi jangan pernah menyerah."

---Last Mission---
__________________________________

Nyatanya, Vena memang penuh misteri.

Tidak ada yang tahu apa isi pikiran ataupun hatinya. Tidak ada yang tahu apa perannya. Antagonis atau protagonis. Tidak ada juga yang tahu apa kebiasaannya.

Dia ... penuh rahasia.

Hanya satu dari sejuta oranglah yang mengenali kepribadiannya. Dan satu dari sejuta orang itu adalah Nabila, Nabila Sharletta.

Hanya gadis itulah yang mengenal Vena. Mengenal kebiasaannya, mengenal perannya, sifatnya dan perjuangan hidupnya.

Seperti saat ini. Vena pergi dari sekolah setelah jam pelajaran selesai, dan yang mengetahuinya hanyalah Nabila. Pergi bukan dalam artian meninggalkan sekolah selamanya, melainkan keluar untuk mencari udara segar.

Nyatanya itu adalah kebiasaan Vena. Ketika ia merasa merindukan seseorang, ia akan keluar dari kawasan sekolah dan melihat-lihat dunia luar. Setelah merasa lebih baik, ia akan kembali lagi.

"Dia ... selalu luar biasa." Vena baru saja keluar dari sebuah restorant. Sebenarnya, ia tadi mengikuti seseorang. Seseorang yang telah membuatnya hadir di dunia ini.

Tapi ... ia tidak bisa untuk sekedar melambaikan tangan. Karena ... ia hanyalah makhluk fana yang bisa terlihat. Aneh bukan. Fisiknya nyata, namun jiwanya fana.

Kakinya terus melangkah tak tentu arah, hingga ia sampai di sebuah sekolah. Lebih tepatnya SMA Cakrawala.

Ia dapat melihat seorang wanita parubaya tengah berdiri di dekat gerbang sambil sesekali melirik arlojinya. Vena yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis. Begitu tipis. "Ibu."

Setelah itu Vena beranjak pergi. Hatinya terlalu sesak untuk melihat wanita itu terlalu lama. Sangat menyakitkan.

Kedua kaki itu kembali melangkah tak tentu arah. Tanpa sadar ia malah tiba disebuah taman. Taman yang cukup sepi. Mungkin karena udara yang cukup panas membuat orang-orang malas keluar rumah.

Tanpa sengaja, Vena melihat seseorang yang ia kenal tengah bersandar di pohon besar sambil mengerang kesakitan. Tampaknya laki-laki itu terluka.

Vena berjalan mendekat dan dugaannya benar. "Daniel." Ia bergumam pelan kala sampai di hadapan laki-laki itu.

Daniel yang merasa terpanggil langsung mendongak perlahan. Mulut laki-laki itu dipenuhi darah, bahkan ia juga mimisan. Tidak itu saja! Pelipis laki-laki itu memar. Miris.

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang