•
•
•"Ini hidupku, dan hanya akulah yang tahu seperti apa diriku sebenarnya. Bukan kamu!" -Vena.
---Last Mission---
____________________________________05.02 PM
Bukh.
Sebuah buku bersampul hitam mendarat tepat di hadapan Vena. Lebih tepatnya di atas meja tempat ia meletakkan semua barang-barangnya.
Ia mendongak, menatap Nathan yang masih berdiri. Alis Vena menyatu. Ini maksudnya apa?
"Lo aja yang ngurus tuh buku, Ven." Vena meraih buku tersebut. Oh, ini buku tentang adiknya Serlia Rasya. "Kan lo yang paling pengen tahu tentang kehidupan kakak itu," lanjutnya.
"Kalian ... emang gak pengen tahu?" Nathan mengangguk, lalu menggeleng. Tak lama laki-laki itu terkekeh. "Pengen sih, tapi gak paham. Kalimatnya kayak pake bahasa alien."
Vena mengangguk singkat. Ia meletak buku itu di atas meja, dan kembali fokus pada laptopnya. Nathan memilih pergi kala merasa tak punya urusan lagi.
Kepergian Nathan membuat Vena bernapas lega. Gadis itu langsung menutup laptopnya, lalu bersandar pada sofa yang ia duduki. Jujur, ia merasa sangat lelah. Matanya pun seakan ingin menutup.
Lama terdiam, ia sampai tak sadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 05.47 PM. Tak lama wajahnya memucat. Udara di sekitarnya pun terasa dingin.
Vena memegang tengkuknya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, lalu berhenti tepat di sofa tunggal. Di sana ada aura mencekam yang terasa kuat. Vena menghela napas. Ia sudah tahu siapa itu. Paling juga makhluk halus.
"Kamu mengabaikanku, Vena?"
Suara itu seperti bisikan yang terbawa oleh angin. Vena memilih diam dan tak menggubris ucapan mahkluk halus tersebut.
"Aku punya permohonan, Vena." Vena mendesis pelan saat aura mencekam itu pindah ke sebelahnya. Ia yakin mahkluk aneh ini sudah ada di sampingnya lalu menatapnya penuh permohonan.
"Jangan ganggu gua!" ucap Vena dengan mata yang masih terpejam. Setelah beberapa menit tak ada balasan, namun hawa mencekam itu masih dapat dirasakan. Bahkan semakin kuat.
"Berhenti mencari tahu soal pembunuh itu!" Bisikan itu mulai terdengar kembali. Suaranya seperti sebuah perintah yang tak boleh dilanggar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance: Last Mission (End)
Bí ẩn / Giật gân(Ada part yang diacak, jadi harap diperhatikan!) Dia hanyalah murid baru di Sma Garda Putih, tapi kepindahannya bukan tanpa alasan. Lavender Bilvena, gadis yang kerap disapa Vena ini pindah karena sebuah keharusan. Ia harus menyelesaikan sebuah misi...