LM - Bagian 32

726 124 52
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Pertahankan kesadaranmu kalau tidak mau terbawa ke alam bawah sadarmu."

---Last Mission---
____________________

"Kayaknya lo perlu diganggu hantu dulu baru mau mendekati keramaian."

Suara menyebalkan. Vena sudah tahu siapa pemilik suara tersebut. Tak perlu menoleh atau bertanya 'siapa di sana?'.

Gadis tersebut duduk di samping Vena. "Lo gak takut ketemu hantu, Ven? Katanya di sini tuh angker." Desisan kesal langsung terdengar. Fina yang ada di sebelah Vena langsung meringis.

Ia lupa kalau Vena lebih menyeramkan daripada mahkluk astral yang berkeliaraan di sekitar mereka.

"Jangan suka duduk sendirian di sini, Ven. Biasanya mereka yang suka duduk sendirian di sini bakalan hilang." Rumor lagi. Vena mendesis pelan, dan pastinya tak didengar oleh Fina.

Keadaan di antara mereka berubah menjadi hening. Fina tengah sibuk berfoto ria di ponselnya, sementara Vena tengah sibuk merasakan angin yang sedang membelainya lembut wajahnya.

Ini adalah bentuk penenangan diri, namun kehadiran Fina sungguh menghancurkan ketenangannya.

"Ven." Gadis itu menggoyang-goyangkan lengan Vena sambil terus memanggil namanya. Vena yang tengah memejamkan mata jadi terusik. Ternyata Fina memang satu spesies dengan Sani. Berisik dan menyebalkan.

Perlahan Vena membuka kelopak matanya. "Apa?" tanyanya tanpa melirik pada Fina.

Gadis itu menghela napas. "Tadi gua nyari di google tentang cara membaca tulisan tak kasat mata, tapi gak nemu." Ucapannya terjeda, kemudian ia melanjutkannya kembali. "Nah, gua cari terus deh sampe dapat. Tapi tetap gak nemu."

"To the point!" ucap Vena kesal. Fina langsung terkekeh pelan. "Jadi, karena hal itu paket gua habis. Hotspot donk, Ven."

Vena menghela napas. Hanya ingin menyampaikan itu saja sampai berbelit-belit.

"Gak punya handphone."

"WHAT?!" Pekikan Fina membuat Vena menoleh padanya. Ada apa dengan gadis ini? Kenapa harus berteriak? "Lo serius gak punya ponsel?" Vena mengangguk.

Fina semakin panik. Gadis itu langsung berdiri lalu mondar-mandir di hadapan Vena. Tatapannya memicing pada Vena, kemudian ia menggelengkan kepala. "Gak mungkin."

"Apanya yang gak mungkin?"

Fina berdecak kesal. "Gak mungkin lo gak punya ponsel. Lo tahu ... ponsel itu adalah separuh napas tiap manusia, Ven!"

Second Chance: Last Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang