•
•
•"Berdamai dengan keadaan tidak ada salahnya."
---Last Mission---
_________________________________Sabtu ini Vena memilih berdiam diri di atas pohon yang biasanya ia datangi. Pohon yang dijadikan markas oleh mereka.
Angin sore begitu menyejukkan bagi kulitnya dan begitu menenangkan bagi pikirannya. Ditemani oleh kesunyian, Vena mulai menutup kedua kelopak matanya. Ah, rasanya ia mengantuk.
"Cewek, sendirian aja ya? Mau saya temenin?" Tidur Vena jadi terganggu karena kehadiran seseorang. Bukan Fina, bukan Nathan apalagi Daniel. Laki-laki itu saja ogah berdekatan dengannya.
Kali ini adalah Nabila. Entah mengapa gadis itu berubah menyebalkan. "Ven ... udah ada perkembangan?" Vena mengangguk singkat tanpa menoleh pada sang lawan bicara.
Nabila terdengar menghela napas. "Berapa hari lagi, Ven?" tanya Nabila kala mengingat Vena sudah bersekolah di sini 3 bulan lebih. "Entah. Mungkin 1 bulan lagi."
Setelah itu keduanya kembali dilanda keheningan. Vena yang memilih kembali menutup mata, sementara Nabila yang memilih menatap langit sore yang masih cerah.
"Gak sabar deh buat besok, Ven." Vena bergumam pelan dalam tidurnya. Entah dia benaran tidur atau hanya menutup mata. "Pake baju yang cantik ya, Ven? Udah lama gak liat lo tampil feminim."
"Males," gumam Vena, namun masih bisa didengar Nabila. Yang bisa Nabila lakukan adalah mencibir pelan. Vena selalu begitu. Keras kepala!
"Soal agama ... udah nentuin?" tanya Vena masih dengan kelopak mata yang menutup. Ia seakan berbicara dengan langit, batang pohon atau mungkin daun. Bukan Nabila!
Nabila tersenyum simpul. "Gua udah nentuin dan gak bakal oleng walau mama gua nolak. Papa gua 'kan masih ada dan selalu ngedukung gua!"
Vena mengangguk dalam tidurnya. Nabila ... ah, hidupnya penuh pertentangan dengan mamanya. Dan syukurlah papanya selalu mendukung kegiatan baiknya.
"Apa kabar Om Yasa sama Tante Mita?" tanya Vena dan kali ini matanya sudah terbuka, bahkan ia sudah menatap Nabila. "Baik, tapi ... Tante Mita masih sering nangis sendiri. Tiap kamis pasti datang ke pemakaman. Di sana dia bakal nangis tanpa peduli waktu."
Vena tersenyum tipis. Penjelasan Nabila berhasil membuat dadanya kembali diserang rasa sesak. Akhirnya, demi mengurangi sesak tersebut, ia memilih untuk menutup kedua matanya dan mencari kenyamanan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance: Last Mission (End)
Misteri / Thriller(Ada part yang diacak, jadi harap diperhatikan!) Dia hanyalah murid baru di Sma Garda Putih, tapi kepindahannya bukan tanpa alasan. Lavender Bilvena, gadis yang kerap disapa Vena ini pindah karena sebuah keharusan. Ia harus menyelesaikan sebuah misi...