"Didiemin tuh Chika? Dipepet orang nanti nangis" Goda Mira yang masih memperhatikan gerombolan omnivora menyantap berbagai macam daging dan menu lainnya di depan mereka.
Ara mengikuti arah pandangnya. Gadis kesayangannya mengeluarkan tawa merdu saat berbicara dengan orang-orang baru yang juga pengunjung di area glamping ini.
"Biarinlah berbaur, kan lu yang bilang biarin dibuka buat umum jadi ketemu orang baru" Jawabnya setelah mengingat kembali percakapan mereka ketika memesan tempat ini.
"Gak cemburu?"
"Gemburu? Gak lah. Cemburu tandanya gua kalah."
Mira menggelangkan kepalanya. "Udah gue bilang Fiony sama Chika itu beda ra"
"Lah kok bawa-bawa Fiony sih" Jawabnya singut tidak terima.
"Ya gimana gak kebawa. Lo sendiri memperlakukan Chika dengan cara kuno lo itu"
"Jangan ngajak berantem dah mir, udah banyak beban di otak gua"
Mira hanya bisa menghela nafas memperhatikan sahabat sekaligus saudaranya yang memiliki tingkat kepekaan berada di bawah rata-rata itu.
"Gak banyak yang bisa nerapin cara pacaran lo dan Fiony. Kepercayaan berkedok kebebasan yang kalian gadang-gadang itu gak selalu bisa lo pake dengan orang lain"
"Fiony bisa santai ngeliat lo digandeng orang lain, gitu juga sebaliknya ketika lo liat ada orang yang ngedeketin Fiony. Tapi ngga dengan Chika" Ara hanya diam memikirkan perkataan orang terdekatnya itu.
"Dan cemburu gak selalu berarti kalo lo kalah. Salah kalo lo berpikir begitu"
"Tapi kan bener. Ketika gua cemburu, berarti gua udah mempertanyakan kepercayaan yang dikasih ke gua. Cemburu berarti gua gak percaya sama dia"
"Tapi cemburu juga tanda kalo lo sayang sama dia. Peduli sama dia. Gak suka kalo milik lo diganggu orang lain."
"Cemburu itu toxic mir. Ada banyak cara untuk menyayangi pasangan jadi kenapa gua harus memilih untuk cemburu"
"Itu bukan pilihan, gak ada orang yang milih buat cemburu. Hal itu dateng tanpa lo minta."
"Gada positifnya dari sifat itu, yang ada malah jadi posesif. Lo tau sendiri gua anti sama yang begitu."
"Gue ga bahas cemburu yang berlebihan. Banyak orang yang melihat itu sebagai tanda cinta dari pasangannya." Ucapnya lembut kepada Ara, tak mau percakapan itu berubah menjadi pertengkaran.
"Ga pernah berpikir kalo Chika termasuk dalam kategori itu?" Tanyanya berharap sahabatnya itu mengerti maksud ucapannya.
Ara diam masih mencerna kalimat yang terlontar dari mulut sahabatnya itu. Matanya bertemu dengan kedua mata cokelat itu, sendu terpancar darinya. Asing rasanya bertengkar karena hal kecil seperti ini apalagi melibatkan kata cemburu didalamnya. Sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam hubungan percintaannya dulu, baik dirinya maupun Fiony sama-sama tidak suka mengatur wilayah teritorial dari pasangan mereka.
"Jadi gua harus apa mir?" Ucapnya pasrah, sekali lagi mengalah dan menahan egonya.
"Selesain baik-baik. Tujukin sama dia kalo lo itu miliknya, gitu juga sebaliknya. Percuma itu kotak biru lo simpen berhari-hari di saku jaket"
"Eh anjir lu ngintip aja kerjaannya"
"Gimana engga, dipandang terus dikasih mah kaga. Cupu lu."
"Gua mau ngasih tapi udah ancur sama ketoprak rasa sayang"
"Bertanya agar tak sesat dijalan kawan. Temen lu banyak, jadi tanya lah dulu sebelum berbuat kebodohan"
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Fanfic•Ara• Jika bintang bisa berbicara, sampaikan bahwa aku merindukannya. •Chika• Jika bintang bisa berbicara, bantulah aku membuka hatinya. •Fiony• Jika bintang bisa berbicara, tanyakan masihkah aku ada dihatinya. [CHIKARA X FIORA] •Disclaimer• Cer...