33) Faith

2.1K 329 55
                                    

Ara adalah contoh dari sebuah kesetiaan, namun tak banyak yang mempercayainya. Seperti kamu yang sedang membaca kalimat ini. Mereka yang setia dan tulus mencintai membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali membuka hati sampai benar-benar yakin telah sembuh dari luka lamanya.

Bertahan semalam dua tahun menunggu seseorang yang meminta untuk direlakan. Menutup telinga atas detak jantung yang mengucap sebuah nama, hanya untuk memantapkan hati agar tak ada yang tersakiti. Dan saat ini, berpaling dari gadis yang sangat ia rindukan, karena ingin menjaga hati seseorang.

Fiony berhenti dari pergerakan yang ia perbuat. Netranya menangkap gerak tubuh gadis di hadapannya, jarak mereka cukup dekat bahkan bisa merasakan napas satu sama lain. Dengan jelas ia melihat Ara bergerak menjauh darinya. Ternyata bintang menjawab pertanyaannya dengan begitu cepat. Malam ini, Fiony telah benar-benar kehilangan cinta pertamanya.

"Maaf fio.. aku gak bisa.." Ucapnya masih menutup mata, wajahnya sedikit tertunduk seakan menolak.

Fiony terdiam. Bohong jika tak ada luka saat mendengarnya, namun kenyataan kembali menghantam. Dirinya yang meminta untuk berpisah, mendorong Ara untuk melupakan dan membuka diri untuk yang lain.

"Aku yang salah, Ra. Bukan kamu. Aku yang melewati batas saat ini, maafin aku.."

"Fio.." Tangannya terulur untuk menggenggam jemarinya.

"Aku adalah yang pertama melibatkan kata cinta di hubungan kita dan sekarang dengan lancang aku menggantikan nama kamu disini.." Tangannya menunjuk dada kirinya, "Maafkan aku yang lebih dulu berubah dan berpaling dari kamu.."

"Kamu gak pernah berubah, Ara." Jawabnya mencoba tersenyum, ibu jarinya dengan lembut mengelus genggaman tangan Ara.

"Kamu masih sama dengan Zahra kecil yang tanpa sengaja aku temui di taman itu, Ara yang selalu ngelindungin aku, Ara sahabat aku yang selalu menghibur saat aku sedih, Ara pacar aku yang udah mencintai aku dengan tulus tanpa alasan. Kamu gak pernah berubah.. jangan pernah salahin diri kamu lagi."

"Kamu akan selalu punya tempat tersendiri di hati aku, Fio." Suaranya sedikit tersedat, air matanya kembali berlinang. Hanya di depan Fiony lah, Ara tidak perlu menjadi kuat.

"Tanpa perlu kamu bilang, aku udah tau itu.." Tangannya bergerak menyapu tetesan air mata yang membanjiri wajah mungil itu, "Kamu jelek kalo lagi nangis." Ucapnya bercanda ingin mencairkan suasana.

"Aku jelek tapi kamu tetep suka.." Ara menjawabnya dengan suara yang masih terbata-bata.

"Kayaknya aku gak pernah ngajarin begitu, kamu belajar jadi siapa coba?"

"Kalo itu sih otodidak fio.." Jawabnya dengan cengiran sembari menghapus sisa-sisa air mata.

Bintang telah menjadi saksi tiap peristiwa hidup keduanya. Mereka bukan hanya sekedar sepasang kekasih yang gagal menulis happy ending dalam sebuah buku percintaan. Bagi Ara dan Fiony, keberadaan satu sama lain telah menjadi saksi hidup dari luka yang pernah tergores, obat yang menyembuhkan satu sama lain, sebuah penguat untuk tetap melangkah, tawa yang menjadi kebahagiaan, dan cinta yang mengajarkan artinya setia dan kasih sayang.

"Kalo bintang bisa berbicara, kayaknya banyak cerita tentang kita yang bakal mereka omongin.." Ara bermonolog sembari menatap langit.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang