28) Dongeng

2.3K 376 27
                                    

Baginya tidak ada pagi yang lebih baik dari bisa menatap gadis di hadapannya. Tubuhnya bergerak secara teratur, nafas lembut terdengar dari wajah damai itu. Sudah beberapa jam setelah dirinya terjaga, Ara lebih memilih untuk menatap pemandangan di depannya. Sepertinya posisi bintang sebagai sahabat yang menemani heningnya dini hari sudah mulai tergantikan.

Cuitan burung mulai terdengar, sinar matahari perlahan mulai menyapa. Tubuhnya menggeliat kecil sebelum akhirnya membuka mata. Chika meraba-raba lahan kosong disebelahnya seakan mencari keberadaan sesuatu, lebih tepatnya seseorang.

"Raaaa" Panggilnya dengan suara parau, namun tak kunjung ada jawaban.

Setelah nyawanya penuh terkumpul, Chika mulai berjalan keluar untuk mencari kekasihnya. Aroma menggoda menyapa indra penciumannya membuat cacing-cacing di perutnya ikut terbangun. Kekehan kecil ia keluarkan setelah melihat gadis berbaju pink dengan motif pahlawan cilik itu sedang asik dengan maha karyanya.

"Selamat pagi sayang" Ucapnya sembari memberikan pelukan hangat

"Selamat pagi tuan putri" Balasnya sedikit menengok ke arah bahunya. "Baru bangun aja udah ckp" Batinnya, harapan untuk segera menghalalkan gadis itu semakin lama semakin meningkat.

"Tumben bangun pagi banget?"

"Kan mau buatin sarapan calon istri"

"Mulai yaaaaa masih pagi juga" Ucapnya sembari memberi cubitan di pinggang kekasihnya.

"Masak apa kamu?"

"Omelette sama french toast, laper gak?"

"Bangetttt! Ni ada yang drumband-an di perut aku" Ara terkekeh mendengarnya.

"Mau coba?" Chika mengangguk seperti anak kecil.

"Aaaaaaa" Ucapnya sembari memberikan potongan french toast ke mulutnya.

"Enak ga? Kemanisan kah"

"En—)-$&?!" Gumamnya dengan mulut yang masih mengunyah. Ara mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti reaksi gadis itu.

"Gemes banget, umur berapa sih kamu itu"

"Enakkk!!"

"Masa sih?"

"Seriussss, kamu belom coba?"

"Kalo masak sambil makan ntar kenyang duluan"

Chika merobek sedikit potongan roti dipiring dan menggigitnya, "Mmm" Gumamnya sembari mendongakkan dagunya.

"Nakal yaaa, diajarin siapa coba?" Tangannya bergerak mematikan kompor di depannya. Ara berbalik dan memutar posisi mereka, Chika kini membelakangi kitchen counter dengan Ara yang berdiri di depannya. Menatap lekat kekasihnya sembari membenarkan anak rambut di keningnya, sebelum kemudian menjalar ke samping wajahnya.

Chika sedang tidak baik-baik saja sekarang. Sentuhan Ara membuat kedua kakinya lemas tak berdaya, sekuat tenaga mengumpulkan kekuatan untuk tetap berdiri tegak di dalam kunci yang telah dibuat oleh gadis di hadapannya.

"Kamu yang mancing, kamu juga yang malu" Ara tersenyum melihat tingkah gadis itu, kemana perginya keberanian itu, Chika hanya bisa menunduk malu.

Ara manarik lembut dagu gadis itu agar bisa kembali menatap wajah kekasihnya. Perlahan mendekat tanpa memudarkan senyumnya. Ara menggigit lembut potongan roti yang bertengger disana, sedikit demi sedikit mengikis jarak hingga akhirnya tak ada lagi pembatas di antara mereka. Matanya bergerak mencari kedua mata cokelat yang sekarang sudah tertutup rapat.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang