26) Fase

2.4K 334 34
                                    

"Bangun~ sayang ayo bangun~ bangun~ yuk bangun yuk~"

"Heemm" Lanturan lirih terdengar dari tubuh mungil itu, menjawab suara merdu pengawal harinya.

"Sayangku bangun~ yuk semangat hari ini~ semangat.. menjalani hari-hari~ have a nice day!"

"Iya sayang~" Sekali lagi alam bawah sadarnya bergerak lebih cepat menyapa suara yang terlontar dari benda kecil di ujung nakas.

"Selamat pagi dunia" Senyuman merekah di wajah setengah sadar itu. Baru kali ini suara alarm perusak dunia mimpinya dengan sengaja ia biarkan berkumandang bahkan sampai terulang beberapa kali.

"Ampuh juga ni alarm" ucapnya sembari menekan tombol berhenti. Ujung bibirnya kembali tertarik lebih tinggi setelah melihat gummy smile yang terpampang nyata di lockscreen hpnya.

Hampir genap sebulan libur sekolah terlewati, tak lupa dua minggu penuh menjalani hari dengan gadis kesayangannya. Syaraf tubuh Ara sepertinya terlalu rileks sehingga membuat dirinya tidak pernah bangun dibawah jam 12 siang. Alhasil manusia serba salah itu harus menerima ocehan panjang dari yang maha agung Yessica Tamara. Untung di akhir siraman rohani ada satu hal yang dapat mengobati kedua telinganya yang hampir berdarah itu. Suara rekaman epic yang akan menemani paginya, seperti hari ini.

Jari jemarinya berselancar pada layar benda dalam genggamannya, menuju icon hijau yang berada pada pojok kiri atas. Kontak teratas aka pinned contact, satu-satunya yang ia perdulikan dari banyaknya chat tak terbaca dibawahnya.

"Selamat pagi tuan putri." Sudah lama rasanya kalimat sapaan itu ia kirimkan lebih dahulu dibandingkan si penerima pesan. Sedikit merenggangkan tubuhnya sebelum melenggang pergi menuju kamar mandi.


"Good morning!" Ucapnya riang menyapa dua orang tersayangnya.

"Good morning, sayang" Sapa wanita di depannya dengan senyuman dan terbalas dengan kecupan singkat dari bidadari kecilnya.

"Tumben belum bunda bangunin kamu udah mandi"

"Hehe tenang bun, mulai hari ini Ara udah ada alarm khusus"

"Bawa dong yang kemarin dari Bandung itu. Ayah belom pernah ketemu" Pria gagah itu memasang wajah jahil menggoda anak semata wayangnya.

"Kenalin gak yaaaa" Jawabnya tak mau kalah. Seperti pinang dibelah dua, baik sifat maupun parasnya, kedua manusia itu bisa dibilang seperti saudara kembar. Tak salah kalau Shani harus siap siaga melerai kedua 'anak'-nya itu.

"Sudah ayo nanti kamu telat. Hari pertama tahun ajaran ini gak boleh telat lagi." Ara tersenyum canggung dan kembali melahap sarapan didepannya. Terlalu banyak mata-mata di lingkungan sekolahnya. Atau bahkan disetiap langkahnya.



"Hi, Benz" Sapaan layaknya seorang sahabat ia berikan pada benda mati beroda empat di depannya. Tingkah Ara tidak pernah bisa terbaca, dari dulu bahkan sampai sekarang. Beberapa hari ini mood-nya sedang berada di level tertinggi, tentu saja sejak hari jadinya dengan gadis pemilik hatinya.

"Jangan telat. Hari ini upacara."

Pesan terakhir yang ia baca. Tidak ada niatan untuk membalasnya. Ara melirik ke arah kaca spion, mengambil kaca mata bundar yang tergantung di saku seragamnya dan sedikit merapihkan poni yang tertengger di dahinya.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang