Hari telah berganti, dentuman suara musik tadi malam berubah menjadi cuitan burung yang terbang bebas di udara. Chika membuka matanya perlahan, ada sedikit rasa sakit di kepalanya. Kini dirinya menaruh curiga pada ada apa yang temannya berikan tadi malam. Dahinya mengkernyit melihat langit-langit ruangan ini, interior yang berbeda dengan kamar yang telah ia singgahi beberapa waktu ini. Matanya membesar setelah merasakan kehadiran seseorang disebelahnya, deru nafas terdengar dari makhluk yang ia yakini tidur bersamanya tadi malam.
Perasaan lega timbul setelah mengetahui siapa orang itu. Ara masih tidur sangat pulas disebelahnya, layaknya seorang bayi yang tidak memiliki beban kehidupan. Wajah tenang itu membuat hatinya damai, kepalan tangan yang hendak ia jadikan senjata kini telah sirna.
Setelah memperbaiki posisi tidurnya, kini Chika sudah benar-benar menghadap ke arah gadis itu. Senyuman tampak diwajah gadis bermata cokelat itu. Telapak tangannya bergerak menyusuri wajah mungil gadis itu, dari dahi turun ke alis lalu beranjak ke hidung dan akhirnya berlabu ke bibir tipis milik Ara. Matanya terpejam beberapa saat setelah bayang-bayang percakapannya tadi malam datang tanpa permisi.
"Bahaya. Kamu yang begini itu terlalu bahaya." Kalimat terakhir yang bisa ia ingat semalam terdengar samar di kepalanya. Mengapa visual terakhir yang ia ingat adalah bibir Ara. Apa yang terjadi semalam. Chika menggerutui ingatannya yang tidak bisa diajak kompromi itu. Matanya kembali terbuka setelah mendapati pergerakan dari gadis didepannya. Tangganya telah berpindah ke pipi Ara, dimana sang pemiliklah yang menuntun geraknya itu.
"Are you okay?" Suara serak itu terdengar ditelinganya. Chika hanya menjawab dengan anggukan.
"Kamu kenapa? Lagi mikirin apa?" Ara masih tidak puas dengan jawaban yang didapat.
"Im okay. Hanya mengingat apa yang kamu ucapkan kemarin" Jawabnya tersenyum. Ara mengangguk paham, matanya kembali menutup dengan posisi tangannya yang masih bersanding dengan tangan Chika tadi.
Kemarin merupakan hari bahagia bagi dirinya, mungkin jika tidak ditutup dengan acara di club malam, hari itu merupakan awalan sempurna dalam catatan perjalanan cintanya.
————
Flashback
Chika terbangun dengan suara gemuruh di perut datarnya, melewatkan makan malam membuatnya bangun dengan kondisi yang sangat kelaparan. Aroma masakan khas sunda menghampiri indra penciumannya, satu hal yang membuat liburan ini sangat menyenangkan adalah masakan Bi Sum yang selalu memanjakan lidahnya.
"Pagi Bi" Sapanya pada wanita tua didepannya.
"Non sudah bangun. Sok sarapan atuh, sudah bibi siapkan" Jawab wanita itu tak kalah ramah.
"Makasih Bi. Seneng banget masakan Bi Sum enak banget" Ucapnya girang tak sabar menyantap makanan didepannya.
"Silahkan non dicicip, ini Nasi Tutug namanya kesukaan neng Ara" Sambung Bi Sum seraya menyuguhkan hidangan ke hadapannya.
"Oh ya? Aku bangunin Ara dulu kalo gitu, Bi"
"Neng Ara teh udah bangun dari tadi, mungkin masih di danau belakang."
"Jauh ya kesananya?" Tanyanya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Dekat non, dibelakang sini ikutin aja jalan setapak. Nanti ketemu danau kecil sama rumah pohon buatan neng Ara." Ucap wanita itu tersenyum dan mengangguk ketika melihat Chika yang bingung. "Iya neng Ara ada aja kelakuannya. Itu tempat main sama temannya dulu. Hmm..ah iya Non Fiony"
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Fiksi Penggemar•Ara• Jika bintang bisa berbicara, sampaikan bahwa aku merindukannya. •Chika• Jika bintang bisa berbicara, bantulah aku membuka hatinya. •Fiony• Jika bintang bisa berbicara, tanyakan masihkah aku ada dihatinya. [CHIKARA X FIORA] •Disclaimer• Cer...