Chika memilih untuk tetap diam, disisi lain Fiony sempat berusaha membangun percakapan walau terus kembali dipatahkan.
"Aku sebelah sini ya chik" Ucapnya ramah tak berharap ada jawaban. Tanpa menghiraukannya, Chika pergi melanggang ke dalam kamar mandi.
Fiony menghela napas, beranjak untuk merapihkan barang kepunyaannya. Senyumnya mengembang saat mengangkat kotak kecil berisikan cake, kemudian menaruhnya di nakas sebelah kasurnya. Tangannya bergerak meraih ponsel di ujung kasurnya dan mengetikkan beberapa pesan kepada seseorang.
Chika baru saja keluar dari kamar mandi, matanya menatap gerak-gerik gadis dihadapannya. Kalau bukan karena gengsi mungkin dirinya sudah menolak disatukan seperti ini. Sejenak menarik napas sebelum akhirnya bergegas untuk merapihkan teritorinya, berusaha menepis keberadaan manusia didekatnya.
"Yah ngelamun aje nih zahra" Sahut Oniel yang sedari tadi memanggil nama gadis itu.
"Takut bidadarinya cakar-cakaran bang" Dheo terkekeh saat menjawabnya.
Ara menatap pintu balkon tempat dua gadis yang berhasil membuat harinya tak tentu arah. Beberapa diantara mereka memilih beristirahat, sebagian lagi bermain volly pantai sembari menunggu datangnya senja.
"Santai ra, selama gak ada suara kaca pecah berarti aman"
"Makasih Flo, sangat membantu" Jawabnya sinis pada gadis yang baru saja duduk di hadapannya.
"Chika memang gampang emosi, tapi dia cukup dewasa. Kalo Fiony lu kan udah apal, mana mungkin dia berantem." Ara hanya mengangguk sebagai jawaban, apapun kalimat yang terdengar tak mampu menenangkan hatinya.
"Tau ah capek gua, Flo.."
————
Ara duduk di bangku panjang menghadap lautan luas. Surya sudah lebih dahulu pamit untuk beristirahat. Kilauan benda langit dan lampu kecil sepanjang pantai menemani netranya menatap samudra.
Gelap menerpa saat sentuhan tangan menghalangi pandangannya. Ara tersenyum tipis menyadari kehadirannya.
"Tadaaa!" Sumber hangat yang bersinar seketika menyapa. Ara melirik gadis itu seolah bertanya maksud dari pemberiannya.
"Tiup lilinnya cepetan" Ara mengangguk menuruti perintah, meniup tiga lilin yang tersemat di atas cake kecil itu.
"Selamat ulang tahun Zahra Nur Khaulah, untuk tahun ini dan dua tahun yang sudah terlewatkan."
Ara memandang wajahnya penuh haru. Terlanjur terbiasa mengabaikan hari lahirnya tanpa terasa tiga tahun sudah terlewat begitu saja. Fiony adalah satu-satunya orang yang selalu menemani pahit pertambahan tahun dihidupnya.
"Aku umur berapa ya fio?" Jawabnya terkekeh sembari menerima kue itu.
"Udah 50 tahun gak sih kamu?"
Ara tertawa mendengarnya, "Keren banget ya aku 50 tahun masih secakep ini."
"Terserah kamu lah. Cobain dulu itu aku yang buat sendiri."
"Serius?" Fiony mengangguk sebagai jawaban.
"Enak gak?" Kini Ara yang menganggukan kepala, mulutnya terlalu sibuk mengunyah potongan kue red velvet digenggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Fanfiction•Ara• Jika bintang bisa berbicara, sampaikan bahwa aku merindukannya. •Chika• Jika bintang bisa berbicara, bantulah aku membuka hatinya. •Fiony• Jika bintang bisa berbicara, tanyakan masihkah aku ada dihatinya. [CHIKARA X FIORA] •Disclaimer• Cer...