"Ih kak Araaaaa!!!" Suara teriakan kecil menggema di dapur rumah itu.
Ara tertawa melihat wajah Christy yang sudah dipenuhi tepung, "Gemes deh dedeknya aku."
"Mami liat muka dedek udah kayak hantuuu"
Di sisi lain, wanita paruh baya itu tersenyum lebar melihat keduanya bermain bersama.
"Pokoknya kalian tanggung jawab dapur mami harus bersih seperti semula" Ucap wanita itu dengan tangan melipat di depan dada.
"Siap mami!" Ara menjawab sembari memberi hormat. Beberapa saat kemudian kembali melancarkan serangan pada wajah polos adik kecilnya itu.
Sudah genap empat hari Chika menolak bertemu dengannya. Selama itu pula berdasarkan laporan langsung dari narasumber, Flora, tiap malam dirinya harus menjadi pendengar setia dari keluh kesah sang sahabat.
"Lagi berantem ya sama anak mami?" Aya melemparkan lirikan menggoda sembari tersenyum kecil.
"Maafin Ara ya mami.."
"Bertengkar dalam suatu hubungan itu wajar sayang, tapi harus berani bertanggung jawab.. selesaikan baik-baik. Chika gampang marah ya?"
Ara tersenyum masam, "Salah Ara mami.. Chika marah karena Ara yang buat salah."
"Mami jadi kangen masa-masa SMA.. Papinya Chika dulu kalau mami lagi ngambek, pasti dateng tiap hari ke rumah bawa macem-macem.. bawa bunga, kadang makanan, hadiah, atau apa aja yang bisa buat mami baikan.."
"Persis kayak kamu beberapa hari ini." Aya tersenyum dan membelai puncak rambut gadis manis disebelahnya.
"Wahh Chika beneran anak mami ya ternyata.." Wajah dan nadanya yang serius membuat Aya tertawa kecil.
"Memang kamu kira Chika bukan anak mami? Wajahnya udah mirip kembaran gini."
"Iya sih mi, dua-duanya mirip bidadari.. mana mungkin kalo gak sedarah" Keduanya kembali tertawa mendengar jawaban Ara.
"Nanti juga baikan, selama kalian berdua mau saling memaafkan dan instropeksi diri atas kesalahan masing-masing. Dalam hubungan itu gak ada yang namanya siapa yang salah dan siapa yang benar, dua-duanya saling mengambil peran."
"Makasih Mami.. maaf Ara udah buat Chika nangis.." Jawabnya sedikit menundukkan wajah.
"Jangan galau gitu dong jagoan mami" Aya merangkulnya memberi sebuah pelukan. "Mami yang harusnya makasih sama kamu, kamu selalu ada buat Chika setiap kali mami sibuk sama kerjaan.."
"Itu udah jadi tugas wajib, Mami" Jawab Ara sembari membalas pelukannya.
Suara teriakan memanggil nama Ara dan Aya secara bergantian terdengar samar dari halaman tempat keduanya sedang berbincang. Kembali menciptakan tawa kecil diantara keduanya.
"Untung ada dedek Kity ya mami.. rumah jadi rame terus" Wajahnya tersenyum gemas mengingat tingkah gadis yang lebih muda satu tahun darinya itu.
Aya ikut tersenyum, "Setelah ada Christy, Chika jadi lebih terbuka. Mami belum bisa jadi orang tua yang baik, bahkan sangat egois. Terpaksa ditinggalkan sendiri dan berjuang untuk melahirkan tanpa adanya sosok penguat, dulu mami merasa sangat hancur."
Ara terpaku saat mendengar ceritanya. Wanita itu membuka kaitan kalung liontin yang tersemat di lehernya. Matanya menyiratkan sejuta kerinduan menatap sosok lelaki yang selalu tersimpan dihatinya. Untuk pertama kali, Ara melihat sosok gagah dari pria yang merupakan ayah kandung kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Fanfiction•Ara• Jika bintang bisa berbicara, sampaikan bahwa aku merindukannya. •Chika• Jika bintang bisa berbicara, bantulah aku membuka hatinya. •Fiony• Jika bintang bisa berbicara, tanyakan masihkah aku ada dihatinya. [CHIKARA X FIORA] •Disclaimer• Cer...