Part 25

11 1 1
                                    

"SUAMI! ayo cepetan lama banget sih di kamer mandinya,"  teriak Ana. Sembari menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Ceklek!

"Iya ini udah!" Lanjut Sehan, "lagian kamu kenapa iseng banget naro cabe banyak banget ke bakmi aku ," omel Sehan, sang empu yang di marahipun hanya busa menyengir kuda. Lanjutnya,"kenapa nyengir-nyengir gitu huh?" Kata Sehan mengkerucutkan bibirnya.

"Dihh! Itu bibir jangan di gituin napa sebel liatnya, rasanya pengen di tampol pake spatula," Ana mendelik kepada Sehan.

"Pokoknya tanggung jawab," ucap Sehan.

"Lahh, tanggung jawab apa silimin, kan aku nggak hamilin kamu."

"Iyalah! Itumah kewajiban aku yang harus hamilin kamu." Sepertinya Sehan sedang dalam bahaya dan ya seketika rambut Sehan di tarik oleh Ana.

"Awh! Awhhh asuww Ana stopp, kenapa sih kebiasaan narik rambut aku," kata Sehan. Berusaha menghindarkan tangan biadab istrinya itu.

"Lagian kalau punya mulut itu jaga."

"Nggak bisa gitu atuh, kalau di depan kamu mulut akumah nggak bisa diem pengennya nyosor mulu," kata Sehan. Membuat Ana gemas kepadanya, mesumnya itu loh mulai kambuh lagi.

Takk!!

Yang kedua kalinya Ana menjitak kening Sehan, lalu segera masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Sehan yang sedang mangaduh kesakitan karena jitakan Ana yang lumayan keras.

"DOSA KAMU KDRT SAMA SUAMI SENDIRI!" Teriak Sehan dari dalam kamar.

"DASAR MESUM!" Timpal Ana dari dalam kamar mandi.

18.15 malam!

Ting tong!

Ana menekan bel rumah Grista dengan perasaan yang sangat senang, berbanding terbalik dengan Sehan yang sangat lesu dan malas. Sehan harus menyiapkan mental untuk mengahdapi nenek lampir, sebenarnya waktu sore Sehan sudah ngeles untuk pergi bersama Ezra dan Libra tapi tidak di izinikan, Ana kekeh Sehan harus ikut bersamanya.

"Yang! Balik lagi yu," kata Sehan sembari menarik tangan Ana.

"Stt! Diem jangan berisik," kata Ana, lalu pintu pun di buka oleh Dokter Dina.

"Assalamualaikum tante," ucap Ana dengan senyum sumringahnya.

"Wa'alaikumussalam, wah kalian datang dengan tepat," kata Dokter Dina sembari mengajak Sehan dan Ana masuk ke dalam.

Menurut Ana, rumah Dokter Dina sangatlah estetik tapi tidak terlalu besar, interiornya sangat elegant dan hal itu membuat Ana betah berlama-lama di rumah dokter Dina.

Ana terfokus kepada bingkai foto yang cukup lumayan besar, yang di dalamnya ada Grista yang sedang memakai gaun dan Dokter Dina yang sedang memakai baju dinasnya. Tetapi, ayahnya kemana? Di setiap sudut ruangan tidak ada satupun poto keluarga lengkap mereka.

"HAII, SEHAN AKHIRNYA KAMU KESINI!" Teriak Grista dari arah belakang lalu dengan tidak ada tau malunya Grista memegang tangan Sehan dengan sangat riangnya.

Oh jelas! Ana melihat hal itu, dahinya mengkerut menurutnya aneh. Tapi pikiran buruknya Ia tepis, toh!! Wajarkan kalau Grista begitu kepada kerabatanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not A DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang