Part 23

9 0 0
                                    

"Ana, jujur dong sama gue, itu pipi lo kenapa sampe bisa di perban." Gea, dari pagi sampai sekarang terus saja mengoceh kapada Ana menanyai kenapa pipinya di perban dan penyebabnya apa.

Dia terus mengoceh membuat kuping Ana panas di buatnya. Gea, sangat hebohhh, itulah kebiasaan Gea.

"Iya gue jujur, tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya?" Gea sangat girangg ketika Ia mendengar akan di beritahu oleh Ana.

"Lo harus janji ngga akan kasih tau Sehan ataupun sahabat sahabatnya itu, gimana?" Itu penawaran Ana, sempat Gea terdiam sejenak setelah itu Gea mengiyakan juga.

"Sebenernya gue kemarin di culik, Ge." Kata-kata Ana membuat Gea terbebelak kaget.

"APA ANA LO DI CULIK." Pekik Gea.

"Stttt! Jangan pake teriak-teriak gitu dong, pelan pelan aja kali." Ana sempat was-was takut yang lain mendengar.

"Ceritain dari awal sampe akhir."

Akirnya Ana menceritakan kejadian kemarin kepada Gea dari awal sampai Akhir.

"Lo bego, kenapa coba nggak buka maskernya." Gea memojokan Ana.

"Lahh! Boro-boro gue inget kesitu."

"Iyasih! Yaudah yang penting lo selamat."

"Kalau gue jadi Lo udah habis riwayat gue, Na." Kata Gea sambil membayangkan di posisi Ana saat itu.

"Tuhan masih baik Ge, ke gue." Kata Ana merasa sangat bersyukur.

"Lo ngga curiga gitu sama siapa?"

"Maksudnya?" Ana tidak mengerti.

"Maksudnya lo nggak curiga sama orang-orang yang pernah benci sama lo? Atau nggak lo punya musuh lah." Kata Gea.

"Siapa? Masa Alexa sih kan dia udah insaf terus kalau musuh perasaan gue nggak punya deh." Kata Ana mencoba menebak siapa yang menculiknya kemarin.

"Coba lo inget-inget lagi beneran lo nggak punya musuh?"

"Lo bikin gue bingung, Ge." Kata Ana, membuat kepalanya pening.

"Bisa jadi kan orang yang berada di deket lo yang justru bikin lo begitu."

"Berarti lo juga bisa termasuk dong." Ucap Ana.

"Nahh iya betul tapi gue nggak ngerasa."

"Bentar-bentar gue baru inget, kan waktu gue di culik gue lawan dia pake pisau terus ngegores tangan dia mungkin cukup dalem sih, sebenernya gue kejam juga ya, HAHA!" Ana baru ingat, Ia kan tidak sengaja euh tepatnya sengaja sih melakukan itu, dan itu bisa jadi petunjuk siapa pelakunya.

Lanjut Ana, "coba mana liat tangan lo." Titah Ana, lalu sang empu yang di suruhpun menyodorkan tangannya.

"Yaelahh lo nuduh gue, noh buktinya tangan gue masih mulus bersih dan tentunya kinclong."

"Kan katanya bisa jadi orang yang terdekat gue." Ucap Ana belaga polos.

"Iya bukan berarti gue PE'A!" Setelah Gea berbicara seperti itu, Ana pun nyengir menampilkan deretan giginya.

"Nanti kita selidiki."

"SELIDIKI APA NIHH!" Suara bariton itu sangat besar berasal dari belakang Ana dan Gea.

"Sehan!" Seru keduanya.

"Iya gue Sehan si manusia tampan di seluruh penjuru negerk." Timpal Sehan sangat percaya dirinya.

"Hoekkk!" Gea rasanya ingin muntah saat mendengar ucapan gelay Sehan.

"Wahh kenapa, jangan-jangan lo di hamilin ya sama si Bra." Mulut pedas Sehan mulai kambuh.

Not A DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang