S2 - 1

2.2K 277 22
                                    

"Jadi, kau beneran mau nih? "

Vanya berdecak, "iyalah. "

Fiona mengangguk sambil menahan senyumnya. Matanya melirik bodyguard yang ada di belakangnya.

"Siapkan helikopter, saya dan nona akan kembali. "

"Baik nona Fiona. "

Setelah bodyguard itu pergi, Fiona merangkul Vanya sambil tersenyum senang.

"Mulai sekarang, nama mu Song Vanya. Adik dari Song Fiona. "

Vanya mengangguk dengan senyum senang, "Ya, Song Vanya. Bukan Choi Vanya. "

"Sudah siap nona. " Ucap bodyguard itu.

Muka Vanya dan Fiona langsung datar. Tanpa suara pergi dari sana, menuju ke helikopter.

"Ini akan memakan waktu yang lama, tidurlah Vanya. "

Vanya hanya mengangguk. Menyenderkan kepalanya di bahu Fiona kemudian tertidur pulas.

Fiona tersenyum, tangannya mengelus kepala Vanya dengan lembut.

"Bayi CEO ini sudah melewati banyak hal yang membuatnya menderita. "

"Saatnya giliran kalian yang akan menderita. " Lanjut Fiona dengan senyum tipis.

Tiba-tiba Fiona teringat seseorang.

"Dia pasti terkejut jika mengetahui Vanya masih hidup. " Ucapnya sambil tertawa kecil.

"Apakah perasaannya masih sama pada bayi CEO ini? Atau sudah menemukan gadis baru? " Tanya Fiona penasaran.

Vanya menggeliat pelan, Fiona dengan cepat menepuk - nepuk lengan Vanya agar kembali tenang.

Mengerti kan kenapa Fiona memberi Vanya julukan bayi CEO?

***

"Vanya, sudah sampai. " Ucap Fiona sambil membangunkan Vanya.

Vanya membuka matanya perlahan, kemudian melamun sebentar, habis itu baru sadar 100%.

"Ayo turun. "

Vanya menganggukkan kepalanya imut, yang membuat Fiona refleks mencubit pipi Vanya gemes.

"Nona, mobilnya sudah sampai. "

Fiona mengangguk dengan wajah datar. Dia merangkul tangan Vanya kemudian berjalan menuju mobil yang sudah dia siapkan.

"Kemana nona? "

"Mansion saya. " Jawab Vanya singkat.

Matanya menatap pemandangan dari luar kaca sambil tersenyum tipis.

"Tidak ada yang berubah. " Gumamnya pelan.

Mobil berhenti karena lampu merah. Vanya menoleh begitu suara mobil terdengar dari sampingnya.

Kaca mobil itu diturunkan hingga membuat mata Vanya melotot.

Itu Renjun!

Dengan cepat, Vanya menaikkan kaca mobil, dia tidak ingin ketahuan. Mobil kembali berjalan begitu lampu menunjukkan warna hijau.

Fiona terbangun, langsung mengernyit bingung melihat Vanya yang tampak gelisah.

"Kenapa? "

"Hah? Oh, tidak papa. " Jawab Vanya sambil tersenyum kikuk.

Untung saja Fiona percaya.

"Sudah sampai nona. "

Fiona dan Vanya mengucapkan terimakasih, setelah itu turun dengan Vanya yang memakai hoodie serta topi yang menutupi wajahnya.

Jaga - jaga kalo ada yang kenal sama dia.

***

Renjun melamun.

Tadi kalau tidak salah, mobil di sebelahnya membawa penumpang yang mirip sekali dengan wajah gadisnya.

"Argh, bisa gila aku lama - lama! " Teriaknya sambil menjambak pelan rambutnya.

Setelah mengetahui Vanya meninggal, Renjun frustasi. Bahkan hampir bunuh diri jika saja tidak ditahan sahabatnya.

Setiap hari dia selalu berkunjung ke makam Vanya, dan bercerita hingga malam.

Hatinya masih tetap pada Vanya. Bahkan se level artis saja dia tolak mentah - mentah.

Sahabatnya sudah berkali - kali menyuruhnya untuk mencari pasangan hidup, tapi Renjun menolak. Dengan alasan bahwa dirinya masih belum menemukan orang yang tepat.

Padahal, dalam hatinya dia menolak karena masih belum melupakan Vanya, dan itu tidak akan terjadi.

Ting

Renjun segera memeriksa ponsel nya. Dahi nya langsung mengernyit begitu melihat nomor asing.

"Siapa ini? "

Tangannya menekan chat nomor itu.

+62 xxx xxxx

| Dia masih hidup

Siapa? |

| Gadismu, Choi Vanya

Renjun menutup ponsel nya. Dia masih hidup? Gadisnya masih hidup?

Jadi yang dimobil tadi...

Gadisnya!

Renjun menelfon bawahannya, menyuruhnya untuk melacak plat mobil yang sempat dia hafalkan tadi.

Renjun senang, gadisnya masih hidup.

Sejak dulu, Vanya adalah semesta bagi Renjun, dan akan selalu menjadi semestanya.











Oke, katanya sedikit dulu. Banyaknya nanti.

Jangan lupa vote yaaa

Obsession || Huang Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang