S2 - 17

1.3K 197 15
                                    

Vanya sedari tadi tidak berhenti menatap mamanya khawatir. Pasalnya, mamanya dan kedua tantenya akan menemui keluarga Choi --yang mungkin masih berduka dengan kepergian Asya-- untuk mengurus sesuatu.

"Ma, aku ikut ya? " Entah sudah berapa kali Vanya menanyakan itu, yang tidak digubris sama sekali oleh Yoona yang masih becermin. 

"Ma, aku ikut ya? " Tanya Vanya lagi yang cukup membuat Yoona kesal.

Yoona mendekati Vanya, duduk di samping anaknya kemudian memegang kedua tangan Vanya. "Tidak usah ya? Kamu tinggal disini sama Renjun saja. " 

Vanya menggeleng cemas. "Ma, please. Biarin aku ikut ya? " Yoona menggeleng tegas. Vanya dengan wajah memelas membujuk mamanya agar dirinya bisa ikut, sekalian sedikit balas dendam dengan keluarga Choi. 

Sedikit? Ya, sedikit. Karena dia masih tau batasannya, jika mamanya lebih berhak untuk balas dendam kepada keluarga Choi. Sebelum dia ada, mamanya pasti mengalami kesulitan yang amat sangat. Vanya mengagumi mamanya, yang begitu hebat menahan semua kesulitan dan rasa sakit sendirian.

"Vanya, biarkan mama dan tantemu yang mengurusnya ya? Mama janji tidak akan lama. " Jawab Yoona sambil membelai pipi anak satu-satunya.

Vanya menatap mata mamanya lama, kemudian mengangguk pasrah. Yoona tersenyum lembut, dia memeluk anak satu-satunya dengan erat, sambil mengusap rambut Vanya yang terurai. "Mama jangan lama-lama disana. Tadi mama udah janji sama aku. "

Yoona mengangguk sambil tersenyum. "Iya, mama janji. " Ibu dan anak itu melepas pelukan mereka. Sekarang atensi Yoona beralih pada Renjun yang sedari tadi berdiri di depan pintu. 

Dengan perlahan, dia mendekati Renjun kemudian memeluknya. 

"Tolong, jaga anakku satu-satunya. Dia sangat berharga dalam hidupku. Perlakukan dia seperti berlian yang paling berharga diseluruh dunia. Jangan membuatnya mengeluarkan air mata setitik pun, dadaku akan terasa sakit nantinya begitu mengetahui anakku menangis. Aku percaya kepadamu, Huang Renjun. "

Renjun tersenyum, "percayakan semuanya kepadaku, mama. " Yoona tersenyum lega, dia mendaratkan bibirnya pada dahi Renjun. Orang yang sangat dia percayai.

"Vanya.... "

"Mama.... " 

Ibu dan anak itu kembali berpelukan. Vanya menangis keras dipelukan mamanya yang baru saja dia temui kemarin. Walau hanya sebentar, dia tidak rela mamanya pergi. Dia masih ingin menikmati waktu dengan mamanya. 

"Vanya, jaga diri baik-baik ya? Mama akan segera kembali. " Vanya mengangguk sambil sesegukan. Yoona mendaratkan bibirnya kembali pada dahi Vanya, anak satu-satunya. 

Tin

Tin


"Sudah datang. " Gumam Yoona. Untuk terakhir kalinya, dia memeluk Vanya dan Renjun sebelum pergi.

"Mama pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik. "



***



Yoona menatap datar rumah utama keluarga Choi, tempat dimana dirinya mengalami kesulitan dan rasa sakit. Dengan langkah tegas, dia berjalan menuju pintu utama, dan langsung masuk tanpa menekan bel ataupun mengetok pintu.

Hana, mama Asya reflek berdiri melihat Yoona yang berdiri tegak dengan tatapan tajamnya disana. 

"K-kau... masih hidup? "

Yoona melipat tangannya di dada. Dengan nada dingin dan angkuh, menatap Hana sebelum menjawab. "Menurutmu? "

"Ada apa ini? " Tanya Siwon yang baru turun. Langkah Siwon langsung berhenti, dia membeku melihat Yoona berdiri tegak di hadapannya. 

Obsession || Huang Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang