S2 - 11

1.6K 209 12
                                    

"Ada yang udah selesai liburan ternyata. " Sindir Fiona begitu melihat Vanya duduk ditempatnya.

"Oleh-oleh dong. " Lanjut Fiona sambil nyengir.

Vanya mendengus, tangannya mengambil sebuah kantong berwarana putih di bawah mejanya. Kemudian memberikannya pada Fiona yang menerimanya dengan senang hati. Kapan lagi ye kan Vanya beliin oleh-oleh. Soalnya dia kan kadang pelit.

Ssst, jangan cepu kalian.

"Hehe, makasih bu bos. " Ucap Fiona sambil cengengesan.

"Nyenyenye, sama-sama. " 

Vanya melihat tumpukan berkas yang sedang menunggu untuk dibaca, kemudian menghela nafasnya. Kalo bukan karena materi buat rapat, mana mungkin dia mau baca sekarang. 

"Kak Fio, rapatnya kapan? " Tanya Vanya sambil membaca berkas satu persatu.\

Fiona melihat iPad miliknya, "masih 2 jam lagi. "

Vanya mengangguk. Lumayan lah, dapat 2 jam. Daripada nggak sama sekali.

Fiona masih mengotak-atik iPad nya, kemudian dia teringat sesuatu yang penting. "Vanya. "

"Ya? " 

"Kita  berhasil menanam saham di Choi Company. "

Vanya mengangkat sebelah alisnya, "jual berapa? "

"14 M. Sengaja banget emang. " Ucap Fiona sambil mendengus.

"Lumayan lah, nggak terlalu tinggi harganya. " Balas Vanya dengan santai.

Fiona cuma bisa senyum paksa. Iya, nggak terlalu tinggi bagi Vanya, tapi tinggi bagi Fiona yang hanya orang biasa-biasa saja. Hilih, pembohongan publik. Padahal dia juga dari kalangan atas.

"Vanya, sudah waktunya. " Peringat Fiona ketika dia melihat ke jam tangannya.

Vanya membereskan berkas-berkas itu, mengambil jas nya dan memakainya, kemudian berjalan menuju ruang rapat dengan Fiona yang berjalan di belakangnya. 


***


Dor

Dor

Dor

"Shit, my feet. "Keluh laki-laki itu sambil memegang kakinya yang tertembak.

Dengan langkah yang terseok-seok, dia melangkah keluar dengan pistol yang dia pegang erat. Sesekali menembak orang yang menghalagi jalannya. 

Ketika sampai di luar, dia langsung duduk bersandar di dinding dengan nafas yang terengah-engah karena lelah. 

"Oh my god, sudah berapa lama aku terperangkap di dalam situ? " Tanya nya pada dirinya sendiri.

"My ponsel, astaga. I forgot that. " Keluhnya lagi dengan tangan yang mengusap keringat di dahinya.

"Sssshh, sakit banget gila. Om Siwon beneran mau bunuh gue kayaknya. " Laki-laki itu terus mengeluh sakit sambil memegang kakinya yang tertembak.

"Harus cepat pergi dari sini, sebelum pak tua itu mengembalikanku kesana. " Gumam laki-laki itu yang sedang berusaha berdiri.

Saat ini, dia hanya punya satu tujuan untuk bisa menemui satu-satunya orang yang bisa dia percaya di keluarganya.

Choi Vanya.


***


"Vanya! " Fiona membuka pintu ruangan Vanya dengan nafas yang terengah-engah.

Obsession || Huang Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang