~13~

4.9K 539 24
                                    

"Kau langsung pulang? "

"Iya, aku ingin tidur"

"Oke, kalau begitu hati -hati di jalan Vanya! "

Vanya kemudian berjalan meninggalkan perusahaannya dan langsung mengendarai mobilnya. Dia mengendarai mobil sambil mendengarkan musik kesukaannya, sesekali ikut bernyanyi.

Sesampainya di rumahnya, dia segera memarkirkan mobilnya. Gerbang rumahnya bisa terbuka dan tertutup dengan otomatis, jadi dia tidak perlu menutupnya. Karena sudah mulai sore, para pekerja di rumah Vanya sudah pulang, jadi dia sendirian di rumahnya.

Dia mengernyitkan dahinya saat membuka pintu.

"Kenapa pintunya tidak terkunci? "

"Biasanya bibi akan menguncinya jika mau pulang"

Dia kemudian berpikir, mungkin saja bibi melupakannya, jadi dia tidak mempermasalahkannya.

"Aku pulang"

Hanya memasuki rumahnya dan berjalan ke arah kamarnya. Setelah selesai mandi dia menjatuhkan tubuhnya di kasur dan tertidur.

~~~

"Sweetie, ayo bangun"

Vanya merasa geli karena seseorang menciumi seluruh wajahnya.

Sebentar, apa tadi?!

Dia kemudian membuka matanya dan membelalak.

"AAAAAAA"

"Hey, tenanglah"

"Kenapa kau disini? "

"Memangnya kenapa? Tidak boleh? "

"Iya, tidak boleh sama sekali"

"Ck, kau jahat sekali sweetie"

"Jangan panggil aku dengan nama menjijikkan itu Huang Renjun"

"Aku tidak peduli Huang Vanya"

"Hey, namaku Choi Vanya"

"Tidak lama lagi akan menjadi nyonya Huang"

"Aku tidak mau"

"Aku tidak menanyakan pendapatmu"

"Dasar gila"

Renjun hanya tertawa mendengar perkataan Vanya. Sedangkan Vanya malah menjadi takut mendengar tawa yang keluar dari mulut Renjun. Sialnya, handphone miliknya berada di meja riasan nya, alias sebelah Renjun.

"Kau–hmph"

Vanya memberontak. Tapi Renjun tidak mempedulikannya dan menggendongnya sambil menciumnya. Dia kemudian duduk di sofa kamar Vanya dan melingkarkan salah satu tangannya di pinggang Vanya, sedangkan tangan yang satu memegang tengkuknya.

Renjun menggeram marah karena Vanya menggigit bibirnya. Dia kemudian mencium Vanya dengan brutal dan tangannya yang melingkar di pinggang semakin mengerat.

"Ini hukumanmu karena telah membohongiku"

Renjun kemudian turun ke leher Vanya dan membuat kissmark disana.

"Ini hukumanmu karena telah menghilang"

"Jadi, jangan coba - coba kau melarikan diri. Jika tidak aku akan berbuat lebih dari ini"

"Mengerti? "

Vanya menelan salivanya dengan susah payah. Dia ingin kabur, tapi dia takut Renjun akan berbuat lebih dari ini.

"Jawab Huang Vanya"

"Namaku Choi Vanya"

Vanya menciut melihat tatapan tajam Renjun. Renjun membuat lebih banyak kissmark di leher Vanya yang membuatnya harus menahan suaranya agar tidak keluar.

"Ini hukumanmu jika tidak mematuhi ku, paham? "

"Pa-paham"

"Gadis baik"

"Sekarang ayo turun, aku sudah memasakkanmu makanan"

Vanya ingin berdiri, tapi Renjun menahannya dan menggendongnya dengan style koala yang membuat kedua tangan Vanya secara reflek memeluk leher Renjun. Sedangkan kakinya secara reflek melingkar di pinggang Renjun.

Setelah sampai, Renjun mendudukkan Vanya di kursi dan mengambilkan makanan untuknya.

"Terimakasih"

Ya, setidaknya Vanya masih berterima kasih karena Renjun mengambilkan nya makanan. Vanya memakan makanan itu sambil menunduk. Sedangkan Renjun hanya tersenyum sambil menatap Vanya yang masih makan.

Dia sudah kenyang karena melihat Vanya makan.

Cih, dasar bucin - author yang iri

Obsession || Huang Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang