~11~

5K 533 14
                                    

Vanya mengedarkan pandangannya. Dia tersenyum tipis melihat siswa lainnya berfoto dengan keluarga mereka. Hari ini hari dimana angkatannya lulus dari SMA.

"Vanya, kesini! "

Vanya segera berjalan ke arah Asya dengan senyum manis terukir di wajahnya.

"ayo kita berfoto"

Vanya hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Asya kemudian meminta bantuan siswa yang kebetulan sedang lewat.

Cekrek

"terima kasih"

"sama - sama"

Asya kemudian melihat foto tersebut dan tersenyum. Dia sudah lama tidak melihat Vanya tersenyum manis. Dia kemudian menghampiri Vanya yang sedang duduk.

"kau berangkat jam berapa? "

"jam 3 sore"

"aku akan mengantarmu"

"baiklah"

"ayo pulang"

Vanya dan Asya kemudian meninggalkan sekolah.

...•...•...•...•...•...•...

"sudah semua? "

"sudah"

"ayo berangkat"

Tepat di luar rumahnya, Vanya berhenti dan terdiam sambil mengamati rumah yang sudah dia tinggali beberapa tahun.

"ayo"

Vanya kemudian memasuki mobil dan berangkat menuju bandara.

Skip

"jangan ketinggalan makan. Tidur yang cukup, jangan memaksakan diri. Jangan melupakanku juga. Chat aku jika sudah sampai"

"baik. Aku akan mengabarimu jika sudah sampai"

Mata Asya berkaca - kaca dan dia memeluk Vanya dengan erat.

"hey, jangan menangis"

Vanya berusaha menenangkan Asya yang sedang menangis. Tiba - tiba pengumuman pesawat yang akan di naiki Vanya membuat mereka berdua melepaskan pelukan.

"hati - hati disana. Jaga dirimu! "

"jaga dirimu juga! "

Vanya kemudian menarik kopernya, sesekali melihat ke belakang dan melambaikan tangannya pada sahabat satu - satunya yang tentu saja di balas. Dia kemudian menaiki pesawat dan mencari tenpat duduknya.

Setelah duduk, dia terkekeh kecil mengingat air mata Asya yang tidak berhenti mengalir.

Hatinya menghangat setelah beberapa tahun ini membeku. Asya, sahabat satu - satunya yang dia miliki. Dia berharap sahabatnya tidak akan melupakannya di masa depan.

...~...~...~...~...~...~...

Di sisi lain, Renjun menjadi frustasi. Dia tidak dapat menemukan gadisnya di mana - mana. Sahabat gadisnya juga tidak dapat dia temukan.

"Renjun"

"kenapa?"

"aku tadi melihat Vanya"

"dimana dia Jeno?! "

"dia-- dia ada di bandara tadi bersama Asya"

Seketika Renjun membeku. Gadisnya ada di bandara? Jangan bilang dia pergi meninggalkannya. Dia kemudian mengotak - atik komputernya dan melihat cctv kamar Vanya.

Matanya membelalak kaget. Dia kemudian mengepalkan tangannya kuat - kuat. Wajahnya memerah menahan marah mendengar isi cctv.

"Huang Renjun, kau terlalu bodoh hingga bisa di bohongi olehku. Kau pikir aku tidak tau jika kau memasang cctv di kamarku? Hahahaha, itu sangat lucu. Selamat, kau sudah ku bohongi. Dan selamat tinggal, Huang Renjun"

Kamera cctv kemudian mati. Renjun langsung membanting komputernya dengan perasaan marah. Untung saja yang lainnya sedang pergi. Setelah puas, wajahnya menjadi datar. Dia mengambil handphone miliknya dan mengirimkan chat pada Jeno jika dia tidak akan tinggal di rumah beberapa hari.

Dia kemudian keluar kamarnya dengan senyum miring terukir di wajahnya.

"sudah saatnya aku menggunakan bantuan mereka"
















Bonus

@Asyy_L

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


@Asyy_L

@Asyy_L

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2.351 ❤

@Asyy_L  i will miss you 💕

Tag : @Ch_Vava

Asyy_L turn off comment

@Ch_Vava

3.703 ❤

@Ch_Vava  thank you for everyting!

Tag : @Asyy_L

Ch_Vava turn off comment

Obsession || Huang Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang