~10~

5.2K 605 3
                                    

"yang ini bagaimana? "

Vanya segera menoleh ke arah Asya. Dia sedang berada di rumah Asya karena sahabatnya itu memintanya untuk diajari aljabar. Jelas langsung disetujui oleh Vanya.

"seperti itu"

"baik, terima kasih!"

Vanya hanya menganggukkan kepalanya dan kembali men - scroll instagram miliknya. Tiba - tiba tangannya berhenti pada satu postingan dan rahangnya mengeras. Dia berusaha menahan emosinya.

Untung saja Asya tidak memperhatikan Vanya karena dia sedang berusaha mengerjakan soal aljabar.

"sudah selesai! "

Wajah Vanya berubah dan menatap Asya dengan senyum lembut.

"coba aku liat"

Vanya memeriksa jawabannya dan senyum kembali terukir di wajahnya.

"bagaimana? "

"kau benar semua"

Asya bersorak gembira.

"aku akan mentraktirmu. Tunggu sebentar"

Setelah itu, mereka berdua pergi menuju cafe.

...•...•...•...•...•...•...

"terima kasih atas traktirannya"

"tidak, aku yang harus berterima kasih"

Vanya hanya tersenyum tipis. Dia kemudian menatap ke luar cafe yang sedang ramai. Diam - diam, dia menatap satu keluarga yang sedang lewat dan tersenyum miris. Keluarganya tidak pernah memperlakukan dirinya dengan lembut.

Dia kemudian menghela napas dan mengalihkan pandangannya. Hatinya terlalu sakit mengingatnya.

Dalam hati menertawakan dirinya sendiri.

...~...~...~...~...~...~...

"kau sudah pulang"

Tubuh Vanya bergemetar takut. Dia menatap takut Renjun yang sedang tersenyum ke arahnya.

"hey, jangan diam disitu. Ayo makan"

Sadar Vanya ketakutan, Renjun berjalan ke arahnya dan menarik tangan Vanya dengan lembut dan mendudukkannya di kursi. Dia mengelus rambut Vanya dan tersenyum lembut.

"ayo makan"

Tanpa basa basi, Vanya langsung memakan makanan yang dibuatnya dan seketika berbinar. Dengan senang, dia memakan itu dengan lahap karena enak.

"bagaimana? "

"ewnak"

"telan dulu baru berbicara"

Vanya hanya mengangguk.

"rasanya sangat enak! "

Renjun tersenyum senang. Pandangannya tidak pernah lepas dari gadis yang ada didepannya. Walau begitu, dalam hatinya, Vanya masih takut dengan sosok yang ada di depannya. Dia tidak berani melirik ataupun menatap Renjun.

Skip

"kau tidak pulang? "

"habis ini"

"tidak. Sana pulang! "

Renjun menatap Vanya dengan tatapan tajam. Sedangkan Vanya langsung panik dan mulai mencari alasan agar Renjun keluar dari rumahnya.

"maksudku, ini sudah malam, jadi kau harus pulang"

"benarkah? Kalau begitu aku pulang dulu"

Diam - diam Vanya menghela napasnya. Tidak lama kemudian dia membelalakkan matanya karena terkejut. Wajahnya memerah.

Renjun menciumnya!

"bibirmu sangat manis, aku suka"

Renjun kemudian keluar dari rumah Vanya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

•••

Jangan lupa pencet tombol vote ya!

Obsession || Huang Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang