Beberapa tahun kemudian
"kau belum bertemu dengannya kan?"
"belum, lebih tepatnya tidak mau. Memangnya kenapa?"
"waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengannya dan dia menanyakan keberadaanmu"
"lalu kau bilang apa?"
"aku bilang tidak tau. Tapi dia bilang Jeno melihatku 10 tahun lalu saat di bandara bersamamu. Aku langsung menjawab tidak tau karena aku hanya mengantarmu saja"
"untung saja kau bilang seperti itu"
"tapi kau juga harus hati - hati disana. Yang aku tau dia masih mencarimu"
"hm, terima kasih Asya"
"itu gunanya sahabat "
"yasudah. Aku matikan dulu, bye"
Setelah itu, Vanya kembali berkutat dengan berkas - berkas kantornya. Saat ini dia sudah menjadi CEO VN Company atas usahanya sendiri. Dia juga masih berhubungan baik dengan Asya yang sekarang menjadi dokter.
"Vanya, saatnya meeting"
"baik Fiona"
Song Fiona merupakan sekretaris pribadinya. Dia seumuran dengan Vanya, makanya Vanya menyuruhnya untuk memanggil dengan namanya saat berdua.
Vanya kemudian berjalan ke arah ruang meeting diikuti Fiona. Dia kemudian masuk ke ruang meeting tanpa melihat siapa pun langsung duduk di tempatnya.
"mulai"
Meeting berjalan lancar hingga mata Vanya tidak sengaja melihat sosok yang selama beberapa tahun dia hindari. Rahangnya mengeras saat melihat sosok itu tersenyum miring kepadanya. Dalam hati mengumpati kesialannya karena bertemu sosok itu.
Setelah selesai, Vanya langsung keluar ruangan yang membuat Fiona mengernyitkan dahinya. Dia langsung mengucapkan terima kasih dan keluar ruangan. Tapi tiba - tiba dia di hentikan seseorang.
"dimana ruang CEO? Saya punya urusan dengannya"
***
Di dalam ruangannya, Vanya segera mengambil handphone miliknya dan tanpa basa basi langsung menelfon Asya.
"ada apa? "
"dia ada disini"
"HAH??!!"
"kamu bercanda ya? Mana mungkin dia ada disitu"
"aku tidak bercanda Lee Asya, dia benar - benar ada disini. Dia mengikuti meeting perusahaan"
"dia benar - benar gila. Berhati - hatilah. Jika dia menemuimu secara pribadi suruh Fiona atau seseorang untuk menemanimu"
"baik, terima kasih sarannya"
"hm, sama - sama. Aku ada pasien, dadah"
"dadah"
Tok
Tok
Tok
"masuk"
"Vanya, ada yang mau bertemu denganmu"
"siapa? "
"CEO Huang Company"
Seketika pikiran Vanya langsung menuju kepada sosok itu. Dengan tegas, dia berkata kepada Fiona jika dia saat ini sedang tidak menerima tamu. Fiona hanya menganggukkan kepalanya dan kembali menutup pintu. Vanya kemudian menghela napasnya dan kembali berkutat pada berkas - berkas yang lumayan banyak.
Ceklek
"ada apa Fiona? "
"aku bukan Fiona, darling"
Vanya menghentikan kegiatannya, dia tau suara ini. Dengan tatapan tajam, dia melihat ke arah sosok itu.
"apa yang kau lakukan? Bukankah aku sudah bilang tidak menerima tamu, tuan Huang Renjun"
Vanya berdecak kesal, dia kemudian mengambil handphone yang ada di mejanya dan hendak menelfon security. Tapi dia kalah cepat dengan Renjun yang sudah mengambil handphone miliknya.
"kembalikan handphone milikku Huang Renjun"
"dan membiarkanmu meminta bantuan? Hell no"
Vanya mengepalkan tangannya dan menatap tajam Renjun. Sedangkan yang ditatap malah mengangkat satu alisnya dan tersenyum miring.
Dia kemudian melangkahkan kakinya dan mencium bibir Vanya dengan brutal. Sontak Vanya membelalakkan matanya dan memberontak. Tapi salah satu tangan Renjun memegang kedua tangannya, sedangkan satu lagi memegang tengkuk Vanya.
Karena hanya kaki yang bebas, Vanya menendang 'adik kecil' milik Renjun yang membuatnya menghentikan ciuman mereka dan melepaskan tangannya Vanya. Dengan cepat, Vanya mengambil handphone miliknya dan menelfon security.
Setelah datang, dia memerintahkan security untuk membawa Renjun.
"Choi Vanya, awas saja kau"
Vanya hanya memeletkan lidahnya kepada Renjun dan kembali berkutat dengan berkas - berkasnya. Dalam hati, Renjun terus mengumpat karena 'adik kecil' miliknya ditendang oleh Vanya.
Setelah berada di dalam mobil, dia mengambil handphone miliknya dan segera menghubungi seseorang.
"lacak rumah CEO VN Company"
"..."
"waktumu hanya 5 menit"
Kemudian dia mematikan telfon sepihak dan tersenyum miring.
"Choi Vanya, you made me do this, so don't blame me"
Tawa yang mengerikan keluar dari mulutnya. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan merinding.
Dalam kantor, Vanya merasakan bulu kuduknya berdiri.
"kenapa aku merinding? "
Dia mengendikkan bahunya pertanda tidak peduli tanpa mengetahui apa yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || Huang Renjun [✓]
Fiksi PenggemarSeorang gadis yang menjadi obsesi seorang CEO sekaligus mafia. Penasaran dengan kisah mereka? [S1 & S2] © Blueming7