"Babe, wake up. "
Vanya dengan perlahan membuka matanya. Renjun merasa janggal, kemudian mendekatkan wajahnya dan mengamati wajah Vanya.
"Mata kamu kok merah? " Tanya Renjun sambil menatap mata Vanya.
Vanya gelagapan, kan tadi malem dia nangis makanya matanya merah. Tapi nggak mungkin lah Vanya jawab kayak gitu. Bisa-bisa di interogasi dia sama Renjun.
Jalan satu-satunya adalah pura-pura nggak tau.
"Hm? Iyakah? "
Mata Renjun menyipit curiga, "kamu nangis? "
Satu kata buat Vanya, mampus.
"Ha? Enggak lah! "Elak Vanya dengan jantung yang sudah deg-degan parah.
"Yang bener? " Tanya Renjun sekali lagi.
Vanya mengangguk, soalnya kalo dia ngomongnya gugup bisa-bisa Renjun tambah yakin kalo dia habis nangis. Gak mau ditanya-tanya lagi, Vanya berdiri kemudian berjalan ke kamar mandi.
"Aku mandi duluan ya! "
Renjun menatap pintu kamar mandi. "Ada yang aneh. " Gumamnya.
"Bodo lah. " Renjun kemudian turun dari kamar atas dan pergi ke kamar tamu untuk mandi. Setelah itu dia masak buat sarapan.
Aduh, suami idaman emang.
Vanya turun, yang langsung disambut oleh roti bakar serta susu di meja.
"Sini duduk. "
Renjun menarik kursi, kemudian Vanya duduk disana sambil tersenyum.
"Makasih ay. "
"Ay? " Renjun mengernyitkan dahinya bingung.
"Ayang, hehe. " Jawab Vanya sambil tersenyum lebar.
Renjun tersenyum gemas, dia mendekatkan wajahnya kemudian mengecup bibir seerta kedua pipi Vanya. "Gemes banget sih. "
"Oya dong, Vanya gitu loh. " Sombong Vanya yang malah terlihat imut dimata Renjun.Renjun mengapit kedua pipi Vanya hingga bibir Vanya maju ke depan. Vanya langsung bingung begitu Renjun memasang wajah seriusnya. Dalam hati bertanya, dia buat kesalahan kah?
"Kamu bisa nggak jangan kayak gitu? "
"H-ha? "
"Kamu bisa nggak jangan kayak gitu? Nggak kasian sama jantungku? "
Vanya tertawa kecil, kemudian memeluk Renjun gemas. "Nggak bisa, gimana dong? " Tanya Vanya jahil.
"Babeee. " Ucap Renjun sambil merengek.
"Kenapaaaa? "
"Udah ih, diem. "
Vanya mencubit pipi Renjun, habis itu di uyel-uyel karena gemes. Renjun mau merengek lagi, tapi keburu Vanya cium kedua pipinya, alhasil dia jadi senyum lebar.
"Ayo makan, habis itu kita pulang. " Ucap Vanya sambil mengusap kepala Renjun.
Renjun memasang wajah cemberut, dia memeluk Vanya erat-erat. "Besok aja gimana babe? " Tawar Renjun.
Vanya menggeleng tegas, yang membuat Renjun kembali merengek.
"Ayolah, satu hari lagi. "
"Nggak bisa ay. Kan kau udah bilang, ada rapat. "
"Lagian kita kan tinggal bareng, kalo aku udah pulang kamu bisa manja-manjaan lagi sama aku. " Lanjut Vanya.
Renjun setuju, yang penting dia bisa tinggal sama Vanya terus manja-manjaan setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || Huang Renjun [✓]
FanfictionSeorang gadis yang menjadi obsesi seorang CEO sekaligus mafia. Penasaran dengan kisah mereka? [S1 & S2] © Blueming7