Vanya membuka matanya perlahan, dia menoleh ke samping dan tersenyum begitu melihat wajah tenang Renjun yang sedang tertidur pulas.
"Renjun sayang, ayo bangun. Ini sudah pagi. " Ucap Vanya sambil mengelus pipi Renjun lembut.
Renjun hanya bergumam kecil, dia mengeratkan pelukannya dengan bibir yang mengerucut. "Nanti saja, aku masih mau tidur. "
Vanya tertawa kecil, merasa gemas dengan Renjun yang menolak bangun. Vanya mencubit pelan pipi Renjun, kemudian menjepit hidung Renjun menggunakan tangannya. Dengan terpaksa, Renjun membuka matanya dengan wajah memelas.
"Vanyaaa aku tidak bisa bernapas. " Rengek Renjun yang langsung membuat Vanya melepaskan tangannya dari hidung Renjun.
"Makanya ayo bangun. " Renjun menggeleng dengan bibir mengerucut lucu. Matanya kembali dia pejamkan dan mendengkur pelan.
Vanya menggelengkan kepalanya. Ternyata susah sekali membangunkan Renjun yang sedang dalam mode manja. Vanya menatap wajah Renjun lama, kemudian tersenyum jahil. Dia memgambil ponselnya, kemudian berpura-pura sedang berbicara dengan orang lain.
"Sayang? Maaf, aku lupa kasih kabar. " Vanya berdiri dan berjalan ke balkon dengan tawa yang dia tahan.
Renjun membuka matanya dengan cepat, menatap Vanya dengan dahi mengernyit tidak suka. Tadi gadisnya bilang apa? Sayang?
"Vanya, itu siapa? " Tanya Renjun sambil duduk. Vanya tidak menjawab, dia sedang mengobrol dengan orang lain. Untuk kali ini, Vanya sedang mengobrol dengan Mark. Karena tadi, Mark menelfon dirinya dan mengatakan bahwa tante Jessica merindukannya.
Melihat Vanya asik sendiri, membuat Renjun cemburu. Dia membuang asal selimut yang dia pake dan berjalan menghampiri Vanya. Tangannya melingkar di pinggangnya, yang berhasil membuat Vanya kaget.
"Nanti aku telfon lagi. " Setelah menutup telfon, Vanya membalikkan tubuhnya dan mendapati wajah cemburu Renjun.
"Kenapa? "
"Kamu telfonan sama siapa? Kok pake sayang-sayangan segala? Dia siapa? Alamatnya dimana? Mau aku hajar dia. Berani banget ambil kamu dari aku. "
Vanya tertawa melihat Renjun yang sedang cemburu. "Tadi aku telfonan sama Mark, sayang. "
Dahi Renjun kembali mengernyit, "kok pake sayang-sayangan? "
Vanya mengangkat satu alisnya. "Emang nggak boleh? " Renjun menggelengkan kepalanya pertanda tidak boleh.
"Yang panggil kamu sayang cuma aku doang yang boleh. Yang lainnya dilarang keras. " Jawab Renjun sambil mengerucutkan bibirnya. Vanya tertawa lagi, sedikit berjinjit kemudian mengecup bibir Renjun.
"Iya deh, terserah kamu. " Renjun tersenyum senang, kemudian memeluk Vanya sambil bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Yang namanya Vanya, punya aku. Nggak boleh ada yang rebut, titik. "
"Yang namanya Renjun, punya aku juga. Nggak ada yang boleh rebut terus baa dia pergi, titik. " Balas Vanya sambil mendongak, menatap Renjun.
Renjun menatap Vanya sambil tersenyum manis, kemudian mengecup bibir Vanya berulang kali sebelum melumatnya dengan lembut.
***
"Renjun, tolong cuci piring dong. " Ucap Vanya sambil membereskan meja makan.
"Siap! " Balas Renjun sambil hormat. Vanya tertawa kecil, yang membuat Renjun tersenyum lebar.
Renjun menggulung lengan bajunya dan mulai mencuci piring. Vanya tersenyum sambil melirik punggung Renjun. Menurut Vanya, Renjun itu definisi paket komplit. Dan orang seperti Renjun jarang Vanya temui. Makanya dia harus jaga Renjun baik-baik biar nggak direbut sama orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || Huang Renjun [✓]
FanfictionSeorang gadis yang menjadi obsesi seorang CEO sekaligus mafia. Penasaran dengan kisah mereka? [S1 & S2] © Blueming7