"Vanya aku menginap di rumahmu ya"
"hm"
Asya tersenyum lebar. Dia menatap sahabatnya dari samping. Terkadang dia menghela napasnya yang membuat Vanya menghentikan bacaannya.
"kenapa? "
"ha? "
"kenapa menghela napasmu? "
"aku hanya bosan disini"
"ambil buku dan bacalah"
"tidak! Aku tidak mau! "
Asya memang tidak suka membaca. Ke perpustakaan sekolah saja dia tidak pernah. Vanya kemudian menghentikan kegiatan membacanya dan menatap Asya.
"ayo kita ke mall"
Mata Asya berbinar. Dengan senyum lebarnya dia memasuki kamar disebelah. Vanya menggelengkan kepalanya. Pasti habis ini uangku akan habis, pikirnya. Dia kemudian memasuki kamarnya untuk berganti baju.
Skip
"Vanya kau ingin beli apa? "
"aku ingin beli buku"
"kalau begitu aku ke toko baju dulu. Oh iya uang, hehe"
Vanya memutar bola matanya malas dan membuka dompetnya. Dia mengambil black card miliknya dan memberikannya pada Asya.
"terima kasih. Kapan - kapan aku akan traktir"
"hm"
Vanya kemudian meninggalkan Asya yang sedang menuju toko baju. Vanya memasuki toko buku dan mulai memilih buku. Dia mengambil satu buku yang menurutnya menarik. Tiba - tiba perasaannya tidak enak. Dia melirik ke arah rak sebelah dan menemukan seseorang yang memakai baju hitam,masker hitam, juga topi hitam.
Dia tidak bisa melihat mukanya karena tertutup topi. Tanpa berlama - lama, Vanya segera mengambil buku yang menurutnya menarik dan berjalan menuju kasir. Dia sebenarnya panik dan takut, tapi berusaha tenang. Vanya berpikir mungkin dia juga sedang mencari buku.
Setelah membayar, Vanya segera menuju ke tempat Asya. Orang berbaju serba hitam itu mengamati pergerakan Vanya dan tersenyum tipis walau tak terlihat.
"sepertinya dia mengetahui keberadaanku"
...•...•...•...•...•...•...•...•...
"Asya, kau sudah selesai? "
"iya aku sudah selesai. Ayo pulang! "
Vanya dan Asya berjalan menuju parkiran mobil.
Sesampainya di rumah Vanya, Asya segera berlari menuju kamar tamu, tepatnya sebelah kamar Vanya.
"Vanya aku ke kamar dulu ya! "
Vanya tidak mempedulikan teriakan sahabatnya dan berjalan memasuki kamarnya. Sesampainya di kamar, dia segera mandi. Setelah selesai, dia membaringkan tubuhnya di ranjang dan menutup matanya, berusaha tidur. Tapi tidak bisa karena suara handphone yang berbunyi.
Karena terganggu, dia mengambil handphone miliknya dan membukanya. Dia melihat sebuah nomor asing di line miliknya. Karena penasaran, dia membuka line tersebut.
Line
+62xxxxxxxx : apa kau sudah sampai dirumah dengan selamat?
Siapa kau?
Kau tidak perlu mengetahui diriku. Yang pasti kau adalah milikku selamanya.
Dasar sinting!
You block +62xxxxxxxx
Vanya memblokir nomor asing tersebut dan segera tidur....~...~...~...~...~...~...~...
"tidur. Jangan melihatnya terus menerus"
"nanti saja. Aku masih mau melihatnya "
"baiklah, terserah kau"
Jeno berjalan menuju kamarnya dan segera tidur. Renjun sedari tadi hanya melihat layar komputernya. Dia menatap Vanya yang sedang tertidur pulas di kamarnya.
Bagaimana bisa?
Ya bisalah. Kan Renjun udah masang cctv di rumah Vanya. Dia memandang Vanya sambil sesekali memegang layar komputernya. Kalau ada sahabatnya, pasti mereka sudah mengatakan bahwa Renjun sudah gila. Nyatanya, Renjun memang sudah gila jika berkaitan tentang Vanya.
Tbc
Ayo kasih jejak dengan vote dan komen. Jangan lupa mampir ke book aku yang pertama. Bye
Salam hangat
Blueming7
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || Huang Renjun [✓]
Fiksi PenggemarSeorang gadis yang menjadi obsesi seorang CEO sekaligus mafia. Penasaran dengan kisah mereka? [S1 & S2] © Blueming7