Dalam seminggu, VN Company terus meningkat hingga menempati posisi kedua. Sedangkan Choi Company menurun hingga menjadi posisi ketiga, karena posisi pertama saat ini dipegang oleh Huang Company.
Vanya membaca berita-berita tentang penurunan Choi Company dengan senyum senang. Rencana pertamanya berhasil dengan lancar.
"Vanya, kau membaca berita ini? " Tanya Fiona sambil menunjuk sebuah berita yang dia baca dari iPad.
Vanya membaca judul berita itu, kemudian tertawa kecil. "Sungguh tidak terduga. "
Fiona memutar bola matanya, "jangan pura-pura tidak tau, Vanya. "
Vanya hanya tersenyum sambil mengendikkan kedua bahunya. Vanya memangku dagunya, yang membuat Fiona bingung sendiri.
"Bagaimana kalau kita membuat party untuk para karyawan? "
"Hah? " Sebentar, Fiona mendadak blank.
"Party apa? " Tanya Fiona.
"BBQ an lah, apalagi. " Jawab Vanya santai.
Fiona membelalakkan matanya. "Gila ya? Karyawan disni lebih dari seratus orang loh. "
"Uangku banyak, aku jadi tidak tau cara menghabiskannya. " Ucap Vanya sambil memasang wajah murung.
Tidak unsur pamer, tapi entah kenapa Fiona kesal sekali mendengar ucapan Vanya. Ya dimana-mana uang itu di simpan. Lah ini, malah dihambur-hamburkan.
Terserah bu CEO saja lah.
Fiona menghela nafasnya, "BBQ an dimana? "
"Dimana-mana hatiku senang. "
Sabar Fiona, sabar. Kalo sabar nanti gajinya di naikin sama bu CEO.
"Yang bener? " Tanya Fiona sambil menahan emosi.
Vanya menahan tawanya melihat Fiona yang menahan emosi. "Di mansion ku saja. "
"Mansion yang mana? " Tanya Fiona bingung.
Soalnya Vanya punya banyak mansion. Dimana-mana ada aja mansion punya Vanya. Di Kalimantan ada, di Sumatra ada, di Sulawesi ada, pokoknya ada dimana-mana lah.
Pulau pribadi? Jelas ada.
Waktu itu Vanya bingung gimana cara menghabiskan uangnya, jadi tanpa mikir-mikir lagi beli pulau pribadi.
Ayo sungkem dulu sama bu CEO. Nanti dikasih kartu itam.ggg
"Mansion yang di Jakarta lah, masa yang di Kalimantan. "
"Kan mansion yang di Jakarta banyak bu CEO. " Serius, Fiona rasanya mau nangis aja.
"Oh iya, lupa. Yang di paling deket perusahaan aja. " Balas Vanya.
"Siap! "
Fiona berjalan keluar, tapi berhenti lagi.
"Bahan-bahannya gimana? "
"Suruh bodyguard aja, nanti aku kasih list yang bahan-bahannya. "
"Oke. " Habis itu Fiona keluar.
Setelah Fiona keluar, Vanya langsung membuka ponsel nya. Buat daftar bahan-bahan yang diperlukan, alatnya gak usah. Vanya udah punya di mansion. Setelah selesai, Vanya kirim ke Fiona, biar Fiona yang kirim ke bodyguard.
Oke, sekarang Vanya gabut. Enaknya ngapain ya??
"Beli mansion? Gak ah, udah banyak. "
"Beli pulau pribadi lagi? Gak deh, satu aja udah cukup. "
"Mall aja kali ya? Biar kalo beli nggak usah bayar. "
Vanya terdiam sebentar, masih mikir-mikir beli mall atau nggak.
"Enggak deh, tanam saham aja. " Ucap Vanya pada akhirnya.
Vanya langsung buka google, cari tau mall mana yang bisa buat dia untung. Kalo mall nya sepi, say good bye aja. Kalo mall nya rame, langsung hubungi pemilik, nego sebentar, habis itu selesai deh.
Gini-gini Vanya suka hubungan mutualisme. Saling menguntungkan kedua pihak, baik pemilik mall nya atau dirinya sendiri. Baikkan bu CEO ini?
O iya dong. Vanya gitu loh
Habis tanam saham di salah stau mall yang rame, muncul sebuah berita tentang CEO VN Company telah menanam saham di mall xxxx.
"Apasih, tanam saham doang padahal. " Gerutu Vanya yang hampir aja banting ponsel nya.
Fiona yang baca langsung tepuk jidat. Gak habis pikir sama Vanya yang habis tanam saham.
"Pengen duitnya habis, tapi duit ngalir terus. Gimana cara habisnya kalo gitu?? " Gerutu Fiona.
Fiona berjalan ke ruangan Vanya. Masuk tanpa mengetuk, habis itu duduk dengan santainya.
Jangan di tiru adega diatas. Bisa-bisa kalian ditabok emak karena nggak sopan.
"Ngapain tanam saham? " Tanya Fiona.
"Gabut aja sih. " Jawab Vanya santai kayak di pantai.
"Kenapa nggak gaji karyawan aja yang dinaikkan? " Tanya Fiona lagi dengan sedikit bumbu modus.
"Ide bagus. Tadi aku nggak kepikiran. " Jawab Vanya dengan semangat.
Setelah lama berkutat dengan komputernya, akhirnya Vanya berbicara yang membuat mata Fiona melotot kaget.
"Oke, udah fiks. Gaji karyawan aku naikkan sampe 11 juta. Untuk ketua departemen 12 juta. Dan untuk sekretaris 13 juta. "
Enteng banget ngomongnya. Gak liat apa itu Fiona matanya serasa mau lepas dari tempatnya.
"Gila emang. " Gumam Fiona dengan suara kecil.
"Kak Fio, tolong umumkan kepada semua karyawan, oke? "
"Siap bu CEO. "
Di luar, semua karyawan lagi heboh sama kenaikkan gaji mereka yang nggak neko-neko. Dari 6 juta ke 11 juta, naik 5 juta. Dapet gaji 6 juta aja mereka udah bersyukur, apalagi 11 juta. Tambah bersyukur lah mereka.
Di dalam ruangan, Vanya tiba-tiba senyum, yang membuat Fiona nggak tahan untuk bertanya.
"Kenapa senyum-senyum? "
"Aku punya ide. " Jawab Vanya sambil senyum lebar, yang entah kenapa membuat Fiona merasa sedikit takut.
"Ide apa? " Tanya Fiona dengan hati yang sudah was-was.
"Kita tanam saham di Choi Company, 75%. "
Tuh kan.
"Banyak sekali. "
"Justru itu, aku sengaja tanam saham yang banyak. Saat aku tarik sahamnya, Choi Company akan mengalami kerugian yang banyak. " Jelas Vanya sambil senyum lebar.
Fiona menganggukkan kepalanya. Akhirnya dia paham dengan maksud Vanya.
"Bisa diatur. "
Vanya tersenyum, kemudian mengucapkan terimakasih kepada Fiona.
"Anytime for my sister. "
Sumpah komenan kalian itu mood banget. Makasih banyak <33
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || Huang Renjun [✓]
FanfictionSeorang gadis yang menjadi obsesi seorang CEO sekaligus mafia. Penasaran dengan kisah mereka? [S1 & S2] © Blueming7