-Makasih!-
🌊🌊🌊
Aurora berlari dengan cepat memasuki salah satu Stadion Aquatik di Kotanya. Niatnya untuk bermalas-malasan di hari Sabtu ini pupus sudah setelah mendapat sebuah panggilan di pagi hari dari Renjun.
Setelah Renjun menceritakan kejadian yang di alami Jean, Ara menjadi tak enak hati dan memutuskan untuk datang di pertandingan terakhir laki-laki itu.
"Jean mana???" Tanya Ara yang masih mengatur nafasnya pada Alia.
"Tuh. Balok Nomor 2" Tunjuk Alia.
Ara menatap laki-laki itu gelisah. Wajah Jean sangat tidak bisa dibohongi, dirinya seperti sudah pasrah mengikuti pertandingan dengan sisa tenaga yang dia miliki.
Suara tembakan berbunyi. Dengan cepat seluruh peserta melompat ke dalam air. Jean masih berusaha keras untuk mencapai garis finish dengan cepat, walau tubuhnya berkata lain.
Hampir seluruh bagian tubuhnya menahan sakit. Perih, Ngilu, Nyeri menghampiri seluruh tubuhnya saat kulitnya bergesekan dengan air.
Beruntungnya, Jean sampai dengan selamat di garis finish. Tak ada kejadian ia tenggelam di tengah-tengah lintasan.
Jean mencoba naik ke permukaan. Mengusap wajahnya dengan cepat lalu mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha melihat Papan Score di sudut ruangan.
Namun usahanya nihil, tubuhnya sudah tak sanggup lagi. Baru setengah badannya yang naik sampai ke permukaan, sedetik kemudian, hanya warna hitam gelap yang dapat ia lihat.
Samar-samar masih terdengar suara teriakan orang - orang yang memanggil namanya.
Sampai akhirnya, ia tak bisa mendengar apapun.
🌊🌊🌊
"Udahh lahh gak usah nangiss"
Ara kembali mengambil tisu untuk menghapus air matanya, dan tak memperdulikan perkataan Ale barusan. Kini, kamarnya sudah berubah menjadi lautan tisu bekas yang sudah tercampur dengan air matanya.
Semenjak kepulang Ara dari Stadion, dirinya tiba-tiba saja menangis. Yang awalnya hanya tangisan pelan, kini berubah menjadi tangisan kencang.
"Gue heran sama Lo. Pas putus sama si Jangkung, air mata Lo gak keluar semsek" Ucap Alia yang kini duduk di pinggir kasur.
"Lah ini malah gara-gara si Jean. Yang bukan siapa-siapa di idup Lo. Tapi Lo tangisin" Tambah Alia yang masih bingung.
Ara mendadak diam, tangisnya berhenti. Perkataan Alia menjadi terngiang-ngiang di kepalanya.
Benar juga, kenapa ia harus menangisi kondisi Jean saat ini?
"Dia babak belur karna Gue Al" Ucap Ara dengan suara paraunya.
"Ha? Gimana gimana maksudnya??" Tanya Alia tak paham.
"Semalem gue cerita kan ke Lo, tentang kejadian pas di halte kemaren sore?" Kata Ara yang masih sedikit sesenggukan.
"Iya. Terus??" Tanya Alia lagi.
"Nahh Jean orangnya. Yang nolongin gue" Jawab Ara.
Setelahnya, Ara menceritakan seluruh kejadian kemarin sore saat di halte. Tentang bagaimana Jean seorang diri menghabisi tiga Pria dewasa yang menganggu dirinya.
Alia terkejut bukan main "SERIUS LO?!"
Ara mengangguk pelan "Gue harus apa dongg sekarangg" Ucapnya yang ingin menangis lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebing Utara | Jeno
Fanfiction- Aurora Abigail - Semakin lama kamu mengenal ku, maka kamu akan semakin banyak melihat kekurangan di diri ku. Hidup ku pun terlalu rumit untuk di jelaskan, Jen. Dan kamu hanya punya dua pilihan. Menjadikannya alasan lalu pergi, atau menerima lalu...