8

430 99 3
                                    

-The White Mansion-

🌊🌊🌊

Jean menggeleng pelan karena heran dengan kelakuan kembarannya itu. Bisa bisanya Eric telah menghabiskan delapan porsi paket makanan laut dan sekarang ia memesan kembali satu porsi tambahan untuk dihabiskan seorang diri.

"Sejak kapan gue sodaraan sama babi sih??" Ucap Jean yang lembut tapi sungguh menyayat hati.

Eric berdecak pelan "Mulut Lo saringannya udah jebol ye Jen???"

"Butuh tenaga nih gue untuk mendampingi, menemani, dan mengurus Lo!" Tambah Eric yang sangat hiperbola.

Jean hanya menatap sinis kembarannya itu.

"Pulangnya besok aja yuk, Jen" Ajak Eric yang masih sibuk dengan kepiting saus asam manis yang masih utuh di piring makannya.

"Gue mah gak pulang juga santai" Jawab Jean sekenanya.

"Jangan lahh. Gue belom siap ngeliat Lo di pungut tante - tante genit di pinggir jalan" Balas Eric yang ikut melempar candaan pada kembarannya itu.

"Ngasal!" Jean mengeplak pelan pipi kiri kembarannya itu.

Tak lama, ponsel Jean bergetar dikarenakan adanya sebuah panggilan masuk. Jean menatap sesaat nama yang tertera di layar ponselnya.

Namun, bukannya mengangkat panggilan itu, Jean malah me non aktifkan smartphonenya dan langsung memasukkan benda itu ke dalam saku jaketnya.

Jean menatap datar kembarannya yang masih sibuk melahap makanannya. Sekarang kepalanya benar - benar di masukki banyak pertanyaan setelah mendapat panggilan tersebut.

"Kenapa Lo??" Tanya Eric yang sadar dirinya sedang di tatap oleh kembarannya. 

Jean menggeleng cepat lalu sebisa mungkin mencoba menghilangkan hal - hal yang tadi sempat membuat dirinya berpikir keras.

"Mau nginep dimana kita?" Tanya Jean akhirnya.

"Airbnb aja yang murmer" Jawab Eric.

Akhirnya, malam itu mereka berdua memutuskan untuk menginap semalam di Pacitan terlebih dahulu. Dan mungkin akan pulang ke Jakarta besok siang.

🌊🌊🌊

"ALIA!!"

Renjun berteriak di tengah lapangan dan membuat perempuan yang di panggil itu segera menutup wajahnya.

Bukan apa-apa. Perempuan itu hanya malu karena saat ini dirinya telah menjadi pusat perhatian akibat perbuatan salah satu temannya itu.

"Ditelfon susah banget sih dari kemaren!"

"Ara mana?!" Tanya Renjun dengan terburu-buru.

"Lo berisik banget sih!"

"Jawab cepet!" Ucap Renjun dengan wajah kesalnya.

"Gak masuk. Kenapa emang?" Jawab Alia dengan santai sambil merapihkan barisan sesuai dengan kelasnya.

Benar, Renjun menghampiri Alia disaat seluruh siswa dan siswi SMA Nectar sedang bersiap merapihkan barisan untuk kegitan Upacara.

"Kenapa gak masuk??" Tanya Renjun sambil ikut menyesuaikan barisan yang ada di depannya, padahal itu adalah barisan untuk Siswa 11 Science 4.

"Bukan urusan Lo" Jawab Alia tanpa menatap Renjun yang berada di sampingnya.

Renjun mengehela nafas beratnya lalu membalikkan badan untuk menghadap Alia.

"Dia diculik di depan mata gue Al! Yakali gue gak khawatir" Balas Renjun dengan wajah paniknya sambil menatap Alia.

Tebing Utara | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang