1: Chocolate and Taichan

1.8K 223 51
                                    

"Hi, Rana," sapa seseorang yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Aku menoleh dan menatap lelaki yang tengah tersenyum manis ke arahku. Aku menatapnya dengan bingung. "Tolong kasih ini ke Edrea ya," pesan lelaki itu sembari menunjukkan kedua lesung pipinya.

Aku hanya mengangguk dan menerima satu kotak cokelat berbentuk bulat yang berisikan enam buah itu dari lelaki itu. Cokelat favoriteku dan dari lelaki yang mengisi hatiku. Sayang, bukan diberikan untukku.

Aku lantas melenggang pergi menuju kelas tanpa menghiraukan ucapan terima kasih darinya. Tidak butuh. Aku tidak berniat membantu apapun juga. Sesampaiku di kelas, aku langsung memberikan kepada Edrea, salah satu teman satu lingkar pertemananku di kuliah.

Edrea mengerutkan kening. "Dari siapa?" tanya perempuan itu.

"Jayden," jawabku singkat sebelum mengubah topik pembicaraan mengenai kuis hari ini.

***

Aku mengetukkan jari dengan pelan ketika duduk di salah satu bangku ruang kelas. Menunggu dosen yang belum tentu datang adalah salah satu hal paling membosankan. Belum lagi, kali ini aku sendirian yang mengambil kelas ini. Oh, biasanya akan ada Edrea yang menemaniku, namun Edrea tidak masuk karena sakit. Edrea hanya datang pada kelas pertama, setelah itu ia pulang ke kosnya.

Jantungku mendadak berdebar dengan cepat. Aku mengernyit sembari memegang dadaku. Aneh. Pandanganku menyusuri seisi kelas sampai kedua netraku menangkap perawakan Jayden yang baru saja memasuki ruang kelas. Aku menghela nafas. Pantas saja.

Aku memutar kedua mataku malas ketika mataku bertemu dengan sepasang mata milik Jayden. Jayden tersenyum manis, kemudian bisa kulihat ia tampak mencari sosok lain. Ya, tentu saja perempuan yang sedang gencar ia dekati.

Aku tahu apa yang akan ia bicarakan denganku, jadilah aku dengan segera memasang earphone dan menaikkan volume lagu yang sedang kudengarkan. Lalu aku bertindak seolah-olah aku sedang sibuk mencatat sesuatu. Ya, aku memang sedang mencatat beberapa hal yang sudah aku highlight dengan stabilo di buku. Itu merupakan kebiasaanku ketika bosan.

Benar saja tak lama seseorang menyolek bahuku. Aku menoleh dan itu Jayden. Aku bisa mendengar ia bertanya, "Edrea ke mana?"

Aku menjawab singkat, "Sakit."

Lelaki itu tampak hendak bertanya lagi, namun aku sudah terlebih dahulu mengalihkan pandanganku. Jujur saja, aku bukan tipe perempuan yang akan mau-mau saja berinteraksi dengan lelaki yang kusuka jika lelaki itu dengan jelas menaruh perhatian pada orang lain dan menjadikanku jembatan bagi hubungan mereka. Kalian harus tahu bahwa Ranaya Gisella Mahreen tidaklah sebaik itu.

***

Tepat ketika Profesor Bambang telah mempersilakan para mahasiswa dan mahasiswi untuk keluar kelas, aku segera melangkahkan kaki keluar kelas. Aku punya feeling jika Jayden akan mengajakku untuk menjenguk Edrea dan tentu saja aku tidak mau. Jadi, aku akan menghindari tawaran itu dengan keluar kelas terlebih dulu.

Nasibku tidak sebaik prediksiku. Ya, meskipun aku sudah keluar kelas terlebih dahulu dan memesan ojek online, aku tetap saja bertemu dengan manusia tampan bernama Jayden ini. Kali ini dia datang dengan temannya yang juga kukenal, yaitu Juan.

Juan tersenyum kepadaku yang membuatku membalas senyum itu. Aku masih punya tata krama untuk membalas senyum lelaki di hadapanku.

"Rana, mau jenguk Edrea bareng gue nggak?" ajak Jayden. Diam-diam aku menghela nafas pelan, sedikit menyayangkan prediksiku yang benar.

Aku menatap Jayden sekilas, kemudian menggeleng. "Nggak," tolakku dengan singkat.

Jayden mengerutkan kening. "Kenapa?"

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang