23: Weak-end

1.4K 202 33
                                    

Perkuliahan memang menyebalkan, namun tidak melakukan apa-apa menurutku jauh lebih menyebalkan. Aku jadi lebih sering berpikir negatif dan jujur, itu sangat membunuhku. Maka dari itu, sehari setelah aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan aku telah mendapatkan kost, aku kembali berkuliah.

Tidak ada yang tahu mengenaiku selain Jayden, Jonathan, Kania, Juan dan Lia. Iya, Juan pun ternyata tahu karena waktu itu mereka mau main di apart Jonathan, tetapi aku masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Tentu saja Lia juga tahu, tidak mungkin kan seminggu Juan selalu menjengukku dan dia harus berbohong kepada Lia. Bisa-bisa mereka tidak jadi pacaran.

Untuk Winter, Neena, dan Edrea, mereka tidak ada yang tahu. Aku tidak memperbolehkan untuk memberitahu mereka. Aku tidak mau lebih banyak yang bertanya-tanya perihal kejadian malam itu. Aku ... terlalu bingung untuk menceritakannya. Bahkan Jayden pun masih bungkam dan bertindak seolah-olah tidak ada masalah.

Jujur, sampai hari ini aku dan Jayden belum ada pembicaraan mengenai entah apapun itu yang harus kami selesaikan. Apalagi aku dan Edrea. Kalau bisa, aku lebih memilih kabur dan memulai sesuatu yang baru seperti tokoh-tokoh utama di novel romansa. Sayang sekali, aku tidak mampu untuk itu.

Jelaslah. Pertama, tabunganku tidak cukup untuk hidup di luar sana. Kedua, aku merasa punya tanggung jawab terhadap kuliahku di sini yang belum aku rampungkan. Secara orangtuaku telah membiayaiku. Ketiga, aku tidak mungkin meninggalkan mama di sini sendiri.

Omong-omong soal mama, beliau sudah sampai rumah kakek-nenekku dengan selamat. Beliau juga sudah mulai bekerja. Untuk Rayyano dan papa ... aku tidak tahu. Jujur saja. Aku memang tidak begitu akrab dengan mereka. Seolah kami hanya berbagi rumah untuk ditinggali. Sesekali makan bersama dan mengobrol ketika itu saja. Kalau boleh jujur, aku lebih akrab dengan Pak Aji daripada papaku sendiri.

"Ranaya," panggil seseorang yang menyadarkanku dari lamunan. Winter, Neena, dan Edrea ada di sana. Edrea menatapku lekat-lekat. Kemudian mereka duduk di meja yang sama denganku.

Aku hanya bisa menatap mereka tanpa mengeluarkan suara. Jujur, aku sangat malas untuk mengobrol dengan orang lain sekarang. Aku menyelesaikan tugasku dengan kecepatan penuh agar bisa segera keluar dari sini.  Setelah tugasku rampung, aku dengan segera bangkit untuk mengembalikan buku-buku yang kupinjam ke rak-rak buku.

Hanya saja langkahku tertahan oleh Edrea. "Kenapa kabur terus, Ran?" tanya Edrea. "Bukannya lo yang mau ketemu gue dan menyelesaikan masalah?"

Aku menoleh ke arah tempat penjaga perpustakaan yang kini sedang kosong. Aku baru ingat kalau ini sudah hari Jum'at. Tentu saja beliau salat Jum'at. Aku menghela nafas.

"Next time aja, Re," tolakku.

"Kapan?" tanya Edrea. "Seminggu ini aja lo nggak ada di mana-mana. Gue chat nggak dibales."

Aku diam. Kemudian tanpa sadar aku mengetukkan jari ke buku-buku yang masih dalam pelukanku. "Nanti," ujarku singkat.

Edrea menghela nafas. "Kemarin seminggu ke mana?" tanya Edrea yang membuatku meneguk saliva.

Aku meninggalkan Edrea untuk menaruh buku-buku ini. Aku bisa dengar lagi Edrea bertanya, "Kenapa sih, Ran? Kenapa lo nggak pernah terbuka sama kita? Kenapa lo nggak percaya sama kita buat sekadar tau kabar lo gimana atau lo lagi suka sama siapa?"

Winter dan Neena terdengar melayangkan protes kecil. Aku sudah selesai menaruh buku-buku itu pada raknya, namun belum memiliki keberanian untuk keluar dari perpustakaan. Satu hal yang aku sadari, Edrea pasti tahu aku ke mana, pun Winter dan Neena. Aku banyak memiliki SKS yang sama dengan mereka dan Jayden pasti menyerahkan surat dokterku kepada dosen-dosen yang mengajar.

"Pas gue ada masalah, lo itu orang pertana yang tau. Lo yang paling banyak ngehibur gue. Pas Neena dan Winter ada masalah juga lo selalu ada buat mereka. Lo yang setiap hari chat mereka untuk tanya kabar atau bahkan kirim makanan," ucap Edrea. "Lo orang yang paling terakhir masuk circle kita, tapi lo selalu jadi orang pertama yang peduli kalau kita kenapa-kenapa."

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang