15: Loved

1K 169 19
                                    

Aku menghela nafas berat. Mentari sudah bangun dari tidurnya, namun aku masih belum bisa tertidur. Adegan yang aku lihat beberapa jam lalu selalu terputar tiap kali aku memejamkan mata seperti kaset yang sudah rusak. Mataku bahkan baru berhenti mengeluarkan air mata ketika aku melipat mukenaku.

Sesak sekali. Aku tidak bisa menangis begitu kencang meskipun di kamar hanyalah ada aku. Iya, aku memutuskan untuk tidur di kamar sendiri walaupun aku takut. Hanya saja ketika hati sedang sakit, apa yang akan aku takuti? Aku sudah terfokus pada rasa sakit ini.

Sesakku berangsur-angsur membaik hingga aku mulai memasuki mimpi. Tunggu! Seperti ada yang mengetuk pintu villa. Aku mengerutkan kening. Aku menoleh ke arah jam di dinding dan terkejut ketika mendapati jarum jam sudah di angka 8.

Ternyata aku sudah tertidur selama dua jam. Aku semakin terkejut dengan bantal yang kupakai sudah basah oleh air mata. Jadi, aku tidur sembari menangis? Aku menghela nafas berat. Mataku telah bekerja sangat keras ya.

Aku melangkah ke arah luar dan membuka pintu villa. Aku terkejut ketika menemukan Theo —Theodore, kakak tingkat sekaligus mantan dari Edrea— di depan pintu villa. Aku mengerjapkan mataku melihat dia tersenyum tipis dan bertanya, "Edrea belum bangun ya?"

Aduh. Aku harus bagaimana? Aku tidak tidur bersama Edrea. Besar kemungkinan Edrea tidur bersama Jayden. Ya, memang tidak melakukan apa-apa, tapi ... bisa jadi tidur satu kamar 'kan? Jujur ini keadaan macam apa sih? Aku merasa seperti bertemu dengan pacar temanku di saat aku tahu temanku sedang berselingkuh. Padahal bukan begitu kejadiannya.

"Eh, nggak tahu, Kak," jawabku polos. "Aku coba cek dulu aja kali ya?" tanyaku ragu yang dijawab gelengan oleh Theo.

"Nggak usah. Gue tunggu aja. Gue boleh duduk di dalam nggak? Gue juga izin ambil minum ya," ucap Theo yang membuatku mengangguk. Aku mempersilakan Theo menunggu di ruang tamu villa. "Gue tunggu Edrea di sini nggak apa-apa 'kan?" tanya Theo.

Theo memang memiliki sikap yang terpuji, sangat patut diacungi jempol. Jelas sih Edrea semudah itu oleng ke Theo. Ya, walaupun pada akhirnya Edrea memilih Jayden.

***

Oh tidak. Aku benar-benar bingung dengan situasi di hadapanku. Bukan hanya aku yang bingung, melainkan Neena dan Winter yang baru saja bangun. Mereka berdua berada di sampingku. Kami hanya bisa saling melirik. Jonathan dan Juan pun terlihat sedang mencerna kejadian di hadapan kami.

Ketika aku terbangun, aku sudah melihat Juan dan Jonathan di ruang tamu yang sedang mengobrol dengan Theo. Bahkan mereka menawarkan Theo untuk makan bersama dan disambut gelengan oleh Theo. Sementara itu bisa kulihat Juan dan Jonathan mengambil makan sambil sesekali melirik Theo dan saling mengirimkan kode melalui mata.

Begitu melihat keberadaanku Juan dan Jonathan langsung menghampiriku dan menanyaiku pertanyaan-pertanyaan yang aku tidak punya jawabannya.

Situasi semakin memburuk ketika Jayden sudah bangun dan bertemu dengan Theo. Suasana yang sebelumnya canggung, kini seolah begitu panas. Mereka seperti saling memancarkan aura untuk mengintimidasi satu sama lain. Jayden dengan wajah yang terselip amarah dan Theo dengan wajah yang tenang, namun mereka malah berhasil mengintimidasiku.

Aku memakan nasi uduk dengan pelan, takut-takut suara kunyahanku mengalihkan atensi mereka. Entahlah aku bingung dengan situasi ini. Neena dan Winter yang baru bangun pun langsung menghampiri kami —aku, Juan, dan Jonathan yang memilih menjauh dari kedua laki-laki itu. Mereka pura-pura mengambil sup yang tersedia untuk meredakan pusing akibat alkohol yang telah mereka teguk semalam. Aku yakin mereka lebih butuh jawaban atas peristiwa ini daripada sup itu untuk menghilangkan pusing.

Suasana semakin mencekam ketika Edrea keluar dari salah satu kamar dengan menenteng tas travel Longchamp berwarna biru. Alisku tentu semakin mengerut. Kini aku menggigit sendok tatkala melihat tatapan Jayden kepada Edrea. Tatapan seperti —pasrah, bingung, dan sedih. Bisa kulihat Neena, Winter, Juan, dan Jonathan juga bingung dengan kejadian ini.

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang