12: Jealousy, Jealousy

1.1K 167 41
                                    

Aku ingin memulai cerita dengan kebahagiaanku hari ini. Bukan hal yang besar, tapi sangat membuat hatiku menghangat. Aduh, aku malu untuk mengingat hal tersebut, tapi aku ingin berbagi kebahagiaan kepada kalian yang selalu membaca kesedihanku. Hehe.

Pagi ini aku terbangun dengan perut yang sangat kram, tapi sayang sekali aku memiliki satu kuis yang kemungkinan diadakan hari ini. Jadilah aku tetap datang ke kampus dengan menstrual pads menempel di perut bagian bawahku. Tentu saja tertutup oleh pakaianku. Hal itu tentu saja membuatku terus-menerus memegang perut.

Aku tidak menyangka kalau Jayden tiba-tiba bertanya padaku padahal kami hanya berpapasan di tangga. "Lo kenapa?" tanya Jayden yang membuatku langsung melengos. Perlu kalian ketahui, bukan aku munafik, tapi aku tidak suka Jayden memberikanku perhatian karena hanya akan membuatku semakin jatuh ke dalam pesona lelaki itu.

Aku hanya menjawab, "Girl's thing."

Jayden pun hanya mengangguk setelah mendengar jawabanku. Aku juga tidak berharap ia akan bersikap yang sangat perhatian sih. Siapalah aku di hidup Jayden? Hanya saja, beberapa menit sebelum kelas dimulai Jayden masuk ke dalam kelas dan memberikanku segelas teh manis hangat dan roti sobek isi cokelat keju kesukaanku.

Aku mengerjap bingung. Pasalnya ada Edrea di sampingku dan tengah menatap kami, namun Jayden malah memberikan roti dan teh tersebut di mejaku. Memang sih, dia sudah memberikan satu kotak susu dan roti kepada Edrea, tapi tidak biasanya ia memberikanku sesuatu juga.

"Maksudnya apa?" tanyaku tidak mengerti.

"Biar nyeri di perut lo hilang," kata Jayden yang membuatku menaikkan kedua alisku. Aku berusaha menahan kupu-kupu yang berterbangan di perutku. Kemudian dia melepas kemeja dan memberikan kepadaku. Aku sempat panik karena aku takut bocor, akan tetapi kata-kata Jayden membuat kupu-kupu semakin banyak di dalam perutku. "Lo ikat aja di pinggang biar nggak repot megangin pads pas lagi ngerjain kuis."

Jayden si paling ahli soal perempuan benar-benar membuatku meleleh. Tentu saja dia tahu perihal menstrual pads itu karena semester 1 dan 2 kami memiliki banyak jadwal yang satu kelas. Aku sangat terharu ia bisa langsung menyadari dan mengingat kebiasaanku.

Aku ingin menerima kemeja itu, namun aku tidak enak kepada Edrea yang tengah menatap kami dengan pandangan yang sulit aku artikan. Winter dan Neena pun memandang penuh kebingungan. Jadi aku menolak kemeja Jayden dengan berkata, "Yee lebay. Nggak usah repot-repot. Ini teh sama roti aja gue terima."

Mataku memberi kode kepada Jayden untuk menjaga perasaan Edrea. Aku meminta Jayden sadar terhadap tatapan Edrea yang mengarah padanya. Aku yakin Edrea bukan pribadi yang pencemburu apalagi kepadaku yang tidak sebanding dengan dia. Namun Jayden sedang berusaha pendekatan kepada Edrea. Bagaimana jika Edrea menjadi ragu? Tentu itu bagus untukku, tapi 'kan .... Ah sudahlah aku bingung harus melanjutkannya.

Setelah itu Jayden menerima kembali kemeja itu dan tersenyum padaku. Ia berucap, "Yaudah get well soon." Kemudian ia pamit kepada Winter, Neena, dan terkhusus pada Edrea. Ia mengusap puncak kepala Edrea. "Good luck kalian."

Aku bahagia. Sangat bahagia. Aku senang aku punya kalian yang bisa membaca kebahagiaanku ini. Aku bisa berbagi rasa bahagiaku kepada kalian meskipun aku tidak bisa membagika rasa ini kepada Winter ataupun Neena. Paling tidak, aku punya kalian.

***

Di hari yang sama, aku baru ingat bahwa aku sudah janji kepada Juan untuk bertemu. Kami bertemu di sebuah kedai kopi raksasa yang sedang mengadakan promo Buy 1 Get 1. Tentu saja aku dan Juan mau memanfaatkan promo tersebut. Kami sampai membeli 4 gelas untuk memanfaatkan dua promo yang masing-masing kami terima.

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang