Tawaku masih belum bisa berhenti bahkan sampai kami masuk ke dalam lift. Menurutku Jayden sangat lucu. Ekspresi lelaki itu, sikap lelaki itu merespons keadaan, hingga telinga yang memerah itu membuat Jayden terlihat sangat menggemaskan.
"Berhenti ketawa kenapa, Ran," rajuk Jayden yang membuatku mengurangi tawaku.
Untung saja lift di sini selalu sepi. Maksudku, dari awal kami datang hingga saat ini aku hanya berdua dengan Jayden. Entah ini keberuntungan atau kesialan, namun saat ini aku menganggap itu adalah sebuah keberuntungan.
"Lagian respons lo kocak, Jay. Gue lihat ya lo nelan ludah pas liat si Kania."
Jayden membalas perkataanku dengan tidak terima. "Ya jelaslah! Laki-laki disuguhi pemandangan kayak gitu gimana nggak nelan ludah?" Aku bisa melihat Jayden merengut.
Aku terkekeh. "Berasa nonton blue film in real action ya?" ledekku.
Aku bisa melihat Jayden menggeleng. Ia menggigilkan tubuh sebagai tanda ia merinding. "Iya, jir. Mana gini-gini gue 'kan masih suci," ucap Jayden.
"Alah."
"Sumpah! Ciuman aja gue belum pernah!"
Aku tertawa melihat tingkah Jayden. Melihat respons laki-laki itu barusan, aku percaya sih dia belum pernah ciuman. Jayden bahkan lebih terkejut daripada aku yang juga melihat Jonathan half-naked.
Aku menepuk pundak Jayden pelan. "Bagus. Pertahankan ya, Anak Sholeh."
"Rese lo, Ranaya."
Aku tertawa puas lagi melihat respons Jayden.
***
Di tengah rak-rak sereal aku terdiam. Aneh. Satu hari ini ini aku terlalu banyak bahagia. Terlalu banyak hal yang aku tertawakan. Terlalu banyak hal yang membuatku tersenyum. Hari ini aku sangat bahagia, tetapi hal itu membuatku takut.
Hal apa lagi yang akan datang setelah ini? Apakah hari ini akan kembali ditutup oleh air mata? Apakah esok akan kusambut dengan air mata? Pertanyaan-pertanyaan itu kembali hadir di dalam benakku. Aku tidak bisa menghilangkan pemikiran-pemikiran itu tiap kali aku merasa bahagia.
Hanya saja, aku ingin mensugestikan diriku sendiri bahwa hari ini aku akan bahagia tanpa koma dan kata tetapi. Hari ini aku akan bahagia dengan keberadaan lelaki di hadapanku saat ini. Entah bagaimana hari ini berakhir, aku harus berterima kasih kepada Jayden yang telah membuatku banyak tertawa dan melupakan beban di pundakku saat ini.
"Kelloggs yang Choco Loops enak lho, Ran!" seru Jayden sembari menunjukkan satu kemasan sereal. Aku tersenyum. Aku dan Jayden memang memiliki selera yang hampir sama. Tidak heran jika snack pilihanku dan snack pilihan Jayden sama.
"Gue suka Monde Serena ini juga tau, Jay. Lo suka nggak?" tanyaku.
Jayden mengangguk. "Itu snack yang selalu ada di rumah gue, Ran." Jayden kemudian memgambil snack tersebut dan memasukkan beberapa ke dalam keranjang.
Ah, hari ini aku berbelanja untuk diriku dan Jayden. Iya, ternyata Jayden ingin belanja makanan kecil juga. Kebetulan yang menyenangkan, bukan? Hehehe.
Sudah lebih dari satu jam aku dan Jayden mengelilingi rak demi rak untuk berbelanja cemilan. Bukan hanya keranjang dorong kami yang terisi, namun pikiran juga semakin terisi oleh Jayden. Informasi-informasi baru terkait apa yang Jayden suka dan apa yang Jayden tidak suka memenuhi pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow of The Moon
Fiksi PenggemarRanaya Gisella Mahreen harus menelan pil pahit bernamakan patah hati tiap kali Jayden Ivander Diratama menitipkan barang untuk diberikan kepada Edrea Gauri Yudistia -teman dekat Rana di kampus. Rasa yang Rana pendam itu semakin terasa sakit ketika E...