16: Red Floor

1.1K 163 16
                                    

⚠️ a glimpse of cutting or selfharm scene⚠️

Song related to this part:
To My Youth - BOL4

Happy reading!

***

Keadaan kantin di jam makan siang seperti ini tentu tidak kondusif. Asap rokok di mana-mana membuat sesak, suara bising dari perbincangan orang-orang di sekitar yang memekakkan telinga, dan ramai orang berlalu lalang yang tak jarang membuatku menghirup aroma tidak sedap.

Aku sudah menutupi hidungku dengan rambut panjang yang baru kukeramas tadi pagi. Masih sangat wangi untuk menghalau bau-bau yang membuat mual. Aku sibuk menatap Jayden yang saat ini tengah mencari sesuatu. "Cari apa sih?" tanyaku yang begitu heran melihat lelaki itu begitu sibuk mengorek tasnya.

"Masker," kata Jayden. Ah, dia juga merasa tidak nyaman dengan bau-bauan seperti ini ternyata.

"Lo padahal sering nongkrong, tapi masih nggak familiar dengan situasi begini dah, Jay," ledekku sambil terkekeh.

Jayden masih sibuk mencari sampai akhirnya ia menemukan masker yang ia cari. Ia menyerahkan padaku satu masker yang telah ia keluarkan dari pembungkusnya. "Buat lo. Lo 'kan nggak suka bau rokok sama bau-bau asem ketek orang," ucap Jayden.

Aku terdiam. Lagi-lagi perhatian Jayden membuatku berdebar. Bisa tidak sih ia berhenti membuatku terbawa perasaan dengan memperhatikanku seperti ini?

Aku hahya bisa menerima masker itu dan memakainya. Tidak lupa untuk merapalkan mantra bahwa ini bukanlah apa-apa, perhatian tersebut tidaklah penting. "Thank you," kataku.

Jayden tersenyum yang membuat kedua lesung pipi milik lelaki itu terlihat. "Lo tau nggak sih kenapa gue seneng temenan sama lo?" tanya Jayden yang membuatku merasa tercubit. Hehe, teman. "Karena walaupun banyak orang lupa sama kata maaf, tolong, dan terima kasih, lo selalu bilang itu nggak peduli sedekat apapun lo sama orang. Menurut gue, lo langka sih."

Aku tersenyum singkat dan memainkan ujung lengan cardiganku. "Duh gue tersanjung," candaku yang membuat Jayden menjitak kepalaku. Tidak sakit, hanya saja perasaanku berantakan.

Suasana kembali diam di antaraku dan Jayden. Aku memainkan ponsel, begitu pula Jayden. Kami sudah terlalu sering bertemu untuk berbincang hal-hal terkait kehidupan sehari-hari. Sampai tiba-tiba Jayden berucap. "Eh, Ran, gue mau tanya." Aku menaikkan sebelah alisku bertanya tanpa suara. "Lo sama Jeno itu masih deket?"

Aku menaikkan sebelah alis. "Kenapa lo mau tau?" tanyaku.

Jayden menunjukkan layar handphone lelaki itu yang menunjukkan insta story milik Juan di mana Juan menyebut username Jeno dalam story tersebut. Story tersebut hanya tangkapan layar permainan PUBG sih. Kebetulan, ada suatu cerita yang akan aku ceritakan soal Juan dan Jeno yang menjadi dekat karena game tersebut.

Malam ini aku berada di kamarku dengan earphone yang kupasang di kedua telingaku. Aku sedang bermain suatu game yang kalian pun pasti tahu, yaitu PUBG. Aku tidak bermain sendiri, tentu saja bersama teman-temanku di SMA. Jeno yang biasa mengajakku untuk main dengan Jaemin. Di saat aku sedang asik-asik menembakkan peluru, handphone-ku yang lain berdering dan menampakkan nama Juan.

Aku mengernyit. Apa dia butuh teman cerita ya? Oleh karena itu aku angkat saja telepon itu dan ia langsung bersuara, "Sumpah, Teardrops on My Guitar punya Taylor Swift kayak isi hati lo banget nggak sih? Si Taylor suka sama sahabat cowoknya, sementara sahabatnya ini suka sama cewek lain ...." Aduh, aku bahkan tidak mendengar ocehan Juan lagi.

Jeno dan Jaemin bahkan ikut terkejut mendengar suara Juan yang aku speaker. Bodoh sekali aku lupa menurunkan volume speakerku. "Sorry, temen gue emang nggak jelas. Bentar ya, Jen, Jaem. Ini gue lagi ngumpet kok. Aman."

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang