21: The Truth Untold

1.2K 198 27
                                    

"Ranaya? Teman Jayden?" sapa seorang ibu-ibu yang aku kenali sebagai ibunya Jayden, Tante Jessica.

Aku tersenyum kikuk, lalu mengangguk. Kemudian aku mengunci ponselku dan menghampiri Tante Jessica untuk salam. "Iya, Tante," ucapku dengan sopan.

Tante Jessica tersenyum lebar. "Apa kabar, Ran?" tanya Tante Jessica sambil menepuk pundakku dengan pelan.

Aku hanya bisa tersenyum kecil dan mengangguk. "Baik, Tante," jawabku dengan singkat. Dari mana baik? Aku saja sedang sakit begini. Untung saja aku tidak lupa untuk memakai blush on dan liptint. Aku paling tidak suka terlihat sakit, omong-omong.

Tante Jessica tersenyum. Ia melirik sesuatu yang aku pegang. Ah, aku lupa memasukkan obat-obatanku ternyata. "Lagi sakit gitu juga?" tunjuk Tante Jessica yang membuatku meringis kecil karena ketahuan bohong. Tante Jessica terkekeh. "Ranaya ikut tante yuk, mau nggak? Tante masak banyak di rumah, tapi si Jayden ada rapat atau apa gitu jadi pulang sore kayaknya," tawar Tante Jessica dengan senyum manis. "Kalau tante tebak, pasti Ranaya belum makan 'kan?" tebak Tange Jessica yang lagi-lagi benar.

Aku meringis canggung. Aku bingung juga bagaimana cara menolaknya. Yang jelas aku hanya bisa mengangguk dan mengikuti langkah Tante Jessica tanpa bisa mengatakan satu kata penolakan. Aku pasrah.

***

Mobil sedan putih yang dikendarai oleh supir keluarga Jayden memasuki pekarangan rumah dengan desain yang kusukai itu. Kediaman keluarga Tante Jessica yang tengah duduk di sebelahku sembari bercerita banyak hal. Ia mengajakku diskusi terkait beberapa kasus yang cukup membuatku merasa terintimidasi. Bagaimana pun, ilmuku masih sangat sedikit jika harus ditanya-tanyai oleh praktisi hukum.

Aku terdiam melihat mobil yang tak asing di mataku. Ben, kalian ingat 'kan Ben itu apa? Ya, mobil keluaran Range Rover yang setia menemani Jayden dari masa-masa menjadi mahasiswa baru. Aku terdiam.

Kupikir Jayden tidak ada di rumah? Aku mau kabur pun bingung. Akan terlihat tidak sopan juga di mata Tante Jessica. Ah, aku menghela nafas berat.

Tante Jessica mengajakku untuk turun dan masuk ke dalam rumah. Sepertinya ia tidak menyadari keberadaan mobil anak sulungnya itu. Atau mungkin hanya ada mobilnya saja ya? Bisa jadi Jayden hari ini memakai mo— tidak, aku melihat Jayden tengah tertidur di sofa ruang keluarganya.

Tante Jessica pun mengernyit. "Kamu ngapain di rumah?" tanya Tante Jessica ketika melihat Jayden. Lelaki itu membuka mata dan terkejut ketika bersitatap denganku. Ia langsung terduduk kaku.

"Mau makan siang aja. Kata ibu, bunda di rumah udah masak banyak," jawab Jayden. Aku membuang muka dengan menunduk sebab sadar akan tatapan Jayden yang terus-menerus melirikku.

"Kirain ada rapat apa tuh? Basket atau apa?"

"Nanti sore," ujar Jayden. "Itu ...." Ucapan Jayden terputus entah karena apa. Aku tidak tahu karena tidak berani menatapnya. Sementara Tante Jessica mengernyit.

"Bunda ketemu Ranaya di taman deket kafe tempat bunda ketemuan sama temen. Ranaya lagi sakit, makanya bunda ajak buat makan di rumah," jelas Tante Jessica yang mungkin sadar anaknya tampak penasaran dengan keberadaanku. "Kalian canggung banget kayak lagi berantem," celetuk Tante Jessica sembari melangkah menuju dapur dengan cuek.

Baik aku dan Jayden tidak dapat mengelak atau apapun. Kami terdiam tanpa ada yang berani buka suara. Kemudian Tante Jessica menatapku dan mengajakku untuk makan siang di ruang makan saja. "Oh, beneran lagi berantem ya," kata Tante Jessica. "Ranaya, kalau Jayden makan bareng kita masalah nggak? Kalau masalah, Jayden makan di luar aja," ucap Tante Jessica dengan senyum menenangkan.

Aku membulatkan mata. Aduh, kenapa begini ya? Aku menggaruk tengkuk leherku yang tidak gatal sembali tersenyum canggung. "Eh, nggak apa-apa, Tante," jawabku.

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang