Part 2 : Dua wajah

109 11 1
                                    

   "Kau datang terlambat."

    Adriana damaswara tergelonjak kaget, bahkan mundur beberapa langkah setelah mendengar suara dingin itu menggema diseluruh ruangan. Adriana kira, arseno telah terlelap dari tidurnya, pasalnya sekarang sudah menunjukan pukul 11 malam lewat.

     "Ah, ya—saya sudah meminta izin pada mas bukan?" Tanya adriana, berusaha bersikap biasa saja, setelah rasa keterkejutannya melihat arsen masih duduk diruang keluarga.

     Lelaki itu tidak menanggapi ucapan adriana, meminum secangkir kopi yang tersedia diatas meja, adriana sempat tersenyum sesaat menyadari bahwa arsen tengah menunggunya.

    "Mas sudah makan malam?" Tanya adriana, berjalan menjauh dari ruang keluarga, sembari membuka jas yang ia kenakan.

     "Hm, sudah." Jawab arsen dengan nada dingin.

     "Baiklah, kalau begitu saya akan ke kamar." Ucap adriana akhirnya menghilang dari ruang keluarga, pergi menuju kamar mereka berdua, ya kamar adriana dan arseno, selama ini mereka memutuskan untuk berbagi ranjang bersama, meski hanya tertidur, dan tidak melakukan apa-apa.

     Sesampainya dikamar, adriana langsung melempar dengan asal jasnya diatas sofa, menggerai rambutnya yang cukup panjang. Adriana juga menaruh tas yang ia bawa diatas meja rias, setelahnya mengambil sebuah pouch yang tergeletak disana, serta handuk, adriana memutuskan untuk merendam diri dengan air hangat setelah pekerjaannya yang sangat melelahkan.

      "Hari ini, hari yang sangat melelahkan." Keluh adriana, memasuki kamar mandi yang berada didalam kamar mereka.

    Didalam kamar mandi, adriana menatap pantulan wajahnya dari kaca. Tampak sangat jelek, dengan beberapa bintik hitam disekitar pipinya, kacamata yang bertengger setia di hidungnya, menambah kesan nerd pada dirinya, apalagi pakaian sederhana yang selalu adriana kenakan, sungguh menambah nilai plus bahwa adriana adalah gadis yang jelek.

      Adriana tersenyum miris, menjadi jelek bukanlah sesuatu hal yang menyenangkan, ada banyak hinaan yang adriana terima karena fisiknya yang tak sempurna ini, dan adriana sudah sangat terima, jika citranya sebagai adriana damaswara sangatlah buruk. Adriana melepaskan kacamata bacanya, setelahnya mengambil sebotol micellar lalu menuangkannya ke kapas, kemudian mengusap-usap kapas tersebut ke seluruh wajahnya, berbagai macam noda terangkat, hanya menyisakan wajah putihnya yang sangat mulus, tidak ada noda sedikitpun diwajah itu, hanya ada gambaran seorang adriana damaswara, gadis cantik dengan wajah polosnya.

      "Apakah aku akan diterima dengan baik, jika menunjukan wajahku yang seperti ini?" Tanyanya pada diri sendiri di pantulan kaca.

   Setelah dicap sebagai gadis jelek, adriana menyadari bahwa memang terkadang seseorang selalu di nilai dari penampilan serta wajah mereka. Adriana sebagai gadis jelek, sering diabaikan, dan teman-temannya yang memiliki wajah cantik di istimewakan, memang tidak semua, hanya saja adriana merasa sangat terabaikan.

     Adriana memiliki alasan, kenapa dirinya tidak mau menunjukan wajah cantiknya ini, sebab jika semua orang melihat dirinya. Maka, merema mengira bahwa adriana adalah artis terkenal, claruna ellewys, bukan adriana damaswara.

   Alasan kedua, ayahnya Aldero damaswara, tidak mengetahui bahwa adriana masuk kedunia artis karena ia menyembunyikan segala identitasnya. Semuanya, sangat berat untuk adriana, memiliki dua wajah dan dua pekerjaan sungguh membuat beban, untungnya saja adijaya sang kakak, sudah mengetahui rahasia sang adik, sehingga jika ada kesalahan yang dilakukan adriana, maka adijaya dapat membantu.

     "Sampai kapan aku akan terus bersembunyi seperti ini?"
  
   Adriana lelah, namun ia harus bertahan lebih lama lagi, agar keinginannya serta tujuannya dapat tercapai.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang