Part 5 : Kecanggungan

67 9 2
                                    

Claruna sempat menyesal tidak menggertak pada agensinya soal kerjasama dengan GGA company. Pasalnya karena kontrak itu claruna harus terikat dengan perusahaan suaminya sendiri, bukannya tidak mau, hanya saja claruna sangat-sangat berharap bahwa penyamarannya sebagai claruna tidak terbongkar lebih cepat dari yang di rencanakan.

Ada beberapa hal yang perlu claruna selesaikan disini, dan ia masih butuh waktu untuk mencapainya.

"Claruna, jangan ngelamun."

Claruna langsung menatap lion dengan wajah terkejutnya, setelahnya menunjukan raut memelas, merasa tertekan dengan semua ini. Parahnya lagi, setelah sesi pemotretan yang dilakukan dengan adanya sosok arseno. Para staff dan jajaran petinggi diajak untuk makan malam bersama, dan claruna masuk diantaranya.

Lebih buruknya lagi, claruna harus semeja dengan arseno serta sekretarisnya itu, sangat sial.

"Apa kau tidak suka makanannya?" Tanya jerome, yang memperhatikan claruna sama sekali belum memasukan sesendok pun kedalam mulutnya.

"Ah-tidak, saya akan memakannya." Jawab claruna, dengan segera memakan hidangan yang ia pesan.

"Apa kau suka udang?" Tanya jerome, ia sudah mendorong semangkuk tumis udang pada claruna, yang langsung dijawab dengan gelengan oleh gadis cantik itu.

"Maaf pak, claruna alergi dengan udang." Ucap lion, menjelaskan hal tersebut pada jerome karena claruna yang tidak berniat menjelaskan dan hanya memberikan gelengan.

"Saya minta maaf."

Suasana dimeja itu kembali sunyi, arseno yang juga disana sama sekali tidak berniat membuka pembicaraan ia sibuk dengan makanannya. Claruna tak heran, sebab dirumahpun lelaki itu akan sangat serius begitu menyantap makanan.

"Claruna, yang saya dengar kau berkuliah disalah satu universitas terkenal di indonesia bukan? Lulus dengan nilai tertinggi." Ujar jerome yang kembali mencari topik agar atmosfer di meja mereka tidak sunyi.

"Ah, ya." Jawab claruna sekenanya.

Bukannya sombong atau bagaimana, akan tetapi claruna ketar-ketir, apalagi begitu ia memberikan lirikan pada arseno, lelaki itu juga tengah menatapnya terang-terangan, sehingga pandangan mereka sempat beradu tadi. Claruna masih ketakutan akan hal itu, jadi ia terus waspada, berhati-hati agar tidak salah berkata.

"Sepertinya kau sedang mengkhawatirkan sesuatu?" Tanya jerome, berhasil membuat claruna menatap lelaki itu dengan wajah terkejutnya.

"Sebenarnya claruna sedang tidak enak badan, dia memang selalu banyak diam jika sakit." Elak lion sadar dengan keadaan claruna.

"Dia memang tampak pucat, apa kau baik-baik saja?"

"Ah-saya baik, jangan khawatir."

"Jika tidak enak badan lebih baik pulang."

Suara dengan nada rendah itu berhasil membuat buluk kuduk claruna bergidik, tubuhnya menegang merasakan sengatan aneh pada dirinya, seakan ucapan yang keluar dari arsen adalah racun yang menakutkan.

"Apa kau ingin pulang?" Tawar lion.

"Aku ingin menghabiskan makanan ku dulu." Jawab claruna dengan senyuman lebarnya, berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan dua petinggi ini.

Ya, suasana meja mereka sangatlah mencekam, tidak seperti orang lain yang saling memberikan candaan dan tawa yang menggelegar. Disana, dimeja mereka hanya ada keheningan, juga aura gelap yang menggeluar. Dan alasannya pasti adalah arsen, lelaki itu memang sangat dingin, terlihat begitu sulit untuk bersosialisasi.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang