Part 25 : Hati-hati

52 11 3
                                    

      "Mas, saya membawa makanan penutup juga." Ujar adriana setelah mereka menghabiskan menu makanan utama, adriana mengambil sebuah kotak yang juga sebelumnya ia bawa bersama bekalnya, membuka kotak tersebut dan mengeluarkan isinya yang ternyata adalah kue.

      "Saya membelinya ditoko langganan mama, mama bilang mas menyukai kue buatan mereka." Tambah adriana, meletakan garpu didekat piring dimana kue untuk arseno telah ia potong menjadi lebih kecil.

      "Terimakasih, kau sampai bertanya pada mama tentang makanan kesukaan ku?" Tanya arseno.

      "Ah, hanya kebetulan sewaktu itu mama menceritakannya pada saya." Jawab adriana sembari tersenyum kecil.

     Arseno mengangguk paham, mengambil piring kecil yang berisi potongan kue dan memakannya. Cake rasa blackforest memang sudah menjadi kesukaan arseno sejak lama.

      "Buka mulutmu." Titah arseno, sendok berisi potongan kue sudah berada tepat didepan wajah adriana, membuat gadis itu sedikit terkejut, sempat terdiam menatap arseno lekat-lekat.

       "Ayo dimakan."

    Akhirnya adriana menurut, membuka mulutnya sedikit hingga sesendok kue itu telah meleleh dengan rasa yang tak dapat terucapkan. Benar-benar hal yang membuat adriana terkejut, cita rasa yang tak pernah ia duga sebelumnya.

      "Gimana, enak bukan?" Tanya arseno terkekeh kecil, melihat reaksi adriana, kedua matanya membulat sembari mengunyah kue yang lembut dimulut itu.

       "Enak banget." Jawab adriana.

        "Sini, saya suapin lagi."

   Arseno sudah mengambil ancang-ancang untuk memotong kue dengan sendoknya, namun hal itu urung dilakukan tak kala pintu ruang kerjanya terbuka dan menampilkan jerome yang terkejut melihat kemesraan suami istri itu.

       "Maaf pak, saya terburu-buru hingga lupa membuka pintu." Ucap jerome meyesal, ia membungkukan tubuhnya 90 derajat, meminta maaf atas kesalahannya sebab telah lancang memasuki ruangan atasan tanpa mengetuk.

     Adriana juga turut memperhatikan jerome yang masih berdiri diambang pintu sembari memegang beberapa berkas ditangan kanannya. "Ya, tidak apa Jerome, ada perlu apa?" Tanya arseno, berusaha bersikap profesional, ia meletakan sendok yang sebelumnya ia pegang, kemudian beranjak kembali menuju meja kerjanya.

      Jerome tersenyum kikuk, ia masuk kedalam ruangan arseno langsung menghadap ke meja sang CEO. "Tim pengembang produk ingin menunjukkan hasil akhir dari produk yang bapak inginkan, mereka sudah menunggu diruangan praktek." Jelas jerome.

      "Baiklah, saya akan kesana. Tunggu sebentar."

   Arseno berjalan menuju adriana yang hanya diam disofa sembari memperhatikan mereka berdua. "Saya ada urusan sebentar, kau pulang bersama dengan jerome tidak masalah bukan?" Tanya arseno, lelaki itu bahkan mensejajarkan tingginya dengan adriana, menumpu tubuhnya dengan kedua lututnya.

       "Tidak masalah mas, saya bisa pulang sendirian."

       "Kau pulang bersama jerome, agar saya tidak khawatir." Kekeh arseno sembari membereskan bekas makanan mereka, merapihkan kembali kotak-kotak bekal itu kedalam paperbag.

      "Terimakasih atas makanan hari ini, saya senang. Besok tolong buatkan bekal seperti ini ya?" Ucap arseno dengan senyuman lembut diwajahnya, tatapannya begitu tulus dan penuh kasih sayang, membuat adriana salah tingkah tak karuan.

      "Sekarang pulang bersama jerome." Ujar arseno lagi, kemudian mengelus pucuk rambut adriana pelan.

    ***

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang