"Terimakasih, anak saya memang tidak mau mengalah." Jelas seorang wanita yang kini tengah menggendong gadis itu.
Adriana dan arseno hanya memberikan senyuman tipis, tidak tahu harus menjawab apa sebab situasi ini sungguh sangat canggung. "Adik kecil, bibi ucapkan terimakasih, adakah barang yang kamu inginkan?" Tanya wanita itu pada cya yang kini sudah berada dalam gendongan arseno.
"Tidak ada dan tidak perlu, saya bisa membelinya sendiri." Jawab cya dengan wajah serius, mungkin bagi sebagian orang cya terdengar sedikit kasar, padahal sebenarnya gadis itu hanya tak ingin dikasihini.
"Tidak apa-apa bu, cya memang seperti itu." Jelas adriana berusaha meluruskan, agar sang ibu tak salah paham.
Wanita itu memberikan senyuman simpul, tampak sangat cantik. "Sekali lagi terimakasih, kalian sangat pandai mendidik anak, cya anak yang baik." Ucapnya, menatap bergantian pada adriana serta arseno.
Adriana dan arseno saling melirik, tidak tahu respon apa yang harus diberikan, pasalnya cya bukanlah anak mereka, dan jika wanita itu tahu seperti apa pernikahan yang mereka alami, ia pasti akan mengasihani kedunya.
"Terimakasih bu."
Setelahnya wanita bersama anaknya itu pergi meninggalkan ketiganya, wanita itu sempat menyuruh anaknya untuk memberikan salam perpisahan, walau dengan wajah cemberut namun akhirnya anaknya melambaikan tangan.
"Lucu banget." Gumam adriana.
"Sepertinya kita memang sudah cocok untuk menjadi orang tua." Ucap arseno, berhasil membuat adriana terpaku, menyelami ucapan yang dilontarkan oleh arseno, sadar bahwa itu merupakan kode tertentu.
"Sekarang cya mau mainan apalagi?" Tanya adriana mengalihkan pembicaraan, cya yang masih berada dalam gendongan arseno hanya menggeleng tak berminat.
"Beneran gak mau?" Tanya adriana sekali lagi, gadis itu terlihat sedikit kesal, dan memilih meringkuk dalam dekapan hangat arseno.
"Bete nih, ya udah, ayo mas." Ajak adriana yang kini bergantian mendorong troli belanja yang sudah penuh dengan barang-barang.
***"Tante gorengin nuggetnya yah." Ucap adriana yang membuat cya mengangguk setuju, ia kemudian berlari meninggalkan dapur menuju ruang tamu yang berada tak jauh dari sana, menemani arseno yang tengah menonton tv.
Dari dapur adriana dapat melihat tv yang berukuran besar, juga arseno yang duduk dibalik sofa sembari menonton acara kuis ditv. Elicya mendatangi arseno, ikut duduk bersama lelaki itu. Entah kenapa adriana merasa sangat senang, begitu melihat interaksi keduanya, rumah tak lagi terasa sepi, biasanya jika dihari libur ada saja kesibukan masing-masing membuat keduanya jarang bertegur sapa.
Setelah selesai dengan menggoreng nugget, Adriana membuat hasilnya menuju ruang keluarga, menyajikan diatas meja dan mendapatkan tepuk yangan antusias dari cya.
"Ayo cepet dimakan." Titah adriana yang ikut duduk disofa, bersama mereka berdua, menikmati hidangan yang adriana masak, begitu pula dengan arseno yang dengan lahap menghabiskan nugget.
"Om, lihat, bukankah wanita itu sangat mirip dengan tante?" Tunjuk cya pada layar tv, dimana terpampang iklan claruna yang tengah memakai lipstik.
Arseno memperhatikan layar tv, melihat sedikit serius akan apa yang dikatakan oleh cya, entah mata, bibir sampai tulang hidung, arseno dapat merasakan kemiripan dengan adriana. "Kamu benar, dia mirip dengan tantemu." Ujar arseno membuat adriana salah tingkah, ia bergerak gelisah, tersenyum canggung berusaha mengalihkan pembicaraan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Face
Ficción GeneralKetika jodohmu telah ditentukan oleh keluarga, serta mendapatkan persetujuan. Adriana damaswara tidak dapat menolak hal tersebut, menikahi seorang CEO dingin bernama arseno airlangga, adalah penyesalan terbesar yang pernah adriana rasakan, adriana h...